eramuslim.com – Perang antara Hamas dan Israel terancam melebar hingga merembet ke berbagai wilayah di Timur Tengah, a.l. Lebanon, Syria dan Iran. Hal ini diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
“Perang yang satu, Ukraina belum jelas berakhir kapan. Muncul lagi perang kedua hamas Israel semakin mengkhawatirkan semua negara sekarang ini, karena larinya bukan perang di Israel dan Palestina tapi meluas melebar ke Lebanon melebar ke Syria, melebar misalnya dengan Iran,” ujar Jokowi, Selasa (24/10/2023).
Perang yang melebar ini, kata Jokowi, akan semakin merumitkan masalah ekonomi semua negara. Masalah ini adalah harga minyak yang naik. Pasalnya, sejumlah negara yang terimbas perang di Timur Tengah tersebut merupakan negara-negara penghasil minyak.
Jokowi pun memperkirakan harga minyak berisiko melesat naik dan menyentuh US$ 150 per barel.
“saya cek kemarin harga brent masih US$ 89 per barrel tapi kalau meluas seperti tadi yang saya sampaikan kita gak ngerti bisa mencapai US$ 150. inilah yang harus kita waspadai hati-hati semuanya baik sisi moneter maupun sisi fiskal,” ungkap Jokowi.
Perang antara Hamas dan Israel memang terancam melebar. Amerika Serikat (AS) bahkan memperingatkan eskalasi.
Dua pejabat tinggi Paman Sam menegaskan itu, memperingatkan Iran dan sekutu-sekutunya. Pentagon bahkan telah meningkatkan kesiapan militer di Timur Tengah (Timteng).
“Kami prihatin dengan kemungkinan proksi Iran meningkatkan serangan mereka terhadap personel kami, rakyat kami sendiri,” kata Menteri Luar Negeri Antony Blinken kepada CBS News, dikutip AFP, Senin (23/10/2023).
“Kami memperkirakan ada kemungkinan eskalasi,” tegasnya.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin juga memperingatkan juga prospek peningkatan serangan. Komentar mereka muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa militan Hizbullah pro-Iran di Lebanon selatan atau kelompok lain yang didukung oleh Teheran, mungkin memanfaatkan situasi tegang di Gaza untuk memperbesar konflik.
“Jika ada kelompok atau negara mana pun yang ingin memperluas konflik ini dan mengambil keuntungan dari situasi yang sangat tidak menguntungkan ini, saran kami adalah jangan,” tegasnya kepada ABC News.
(Sumber: Cnbcindonesia)