eramuslim.com – Pengamat politik Rocky Gerung kembali melontarkan pernyataan yang cukup keras terhadap Presiden Jokowi. Tak hanya itu saja, ia pun lagi-lagi menyinggung soal rezim sang penguasa.
Dikutip dari channel YouTube Rocky Gerung Official, mantan dosen UI itu mengatakan, bahwa kecerdasan harus diputuskan, harus ditulis sendiri.
“Kita inginkan bukan sekedar mencaci maki Jokowi. Mencaci-maki Gibran, Kaisang, bukan itu,” katanya.
Rocky mengatakan, silahkan saja jika ingin pro Prabowo, tapi menurutnya itu pun bakal menimbulkan kegelisahan. Pun demikian dengan Anies, yang menurutnya masih bisa dibatalkan oleh Jokowi.
“Anda ingin pro Ganjar saya enggak tahu apa alasannya. Jadi kita jadi bayangkan suara milenial menguasai masa depan Indonesia dan itu yang akan dibujuk oleh BLT (bantuan langsung tunai), dibujuk oleh spanduk,” tuturnya.
“Tapi kalau anda ucapkan satu hal ini, pemilu bisa batal. Saya inginkan pemilu batal, supaya ada evaluasi radikal terhadap sistem politik kita. Itu saya inginkan, bukan saya akan kerjakan, kalau enggak saya kena delik lagi,” sambung Rocky Gerung.
Menurutnya, yang bisa menghentikan itu adalah pikiran-pikiran mutakhir yang betul-betul cuman dengan keadaan.
“Apa yang menyebabkan kegelisahan kita? Ketidakpastian arah dari siapapun itu. karena akhirnya kita mesti paham, bahwa Jokowi membiarkan kemiskinan itu berlanjut supaya bisa disogok dengan BLT,” tegasnya.
“Kita enggak perlu menyembunyikan narasi karena terang-terangan ke bengisan kekuasaan dihidupkan melalui teknik-teknik negara hukum, di atas dasar itu ada konsolidasi pikiran,” sambungnya.
Rocky Gerung mengungkapkan, bahwa perubahan politik tidak disebabkan oleh kekuatan pikiran saja, tapi kemampuan untuk menghasilkan kekuasaan.
“Alternatif jalan bukan di jalan tol, tapi pikiran akan cari jalan di gang-gang sempit. Akan cari jalan untuk meloloskan kegelisahan,” katanya.
“Kari ini kita bikin analisa dan kita tahu kemampuan akademis kita menunjukkan bahwa Jokowi akan menang 90 persen,” sambungnya.
Tapi perubahan politik, lanjut Rocky, tidak didasarkan pada kekuatan analisis, justru dengan pengetahuan itu bisa dibalik programnya.
“Walaupun di desain untuk menang 100 persen, tapi keinginan perubahan tidak mungkin dicegah oleh hasil statistik, itu dasarnya. Karena itu kita di sini semuanya adalah volunteer, volunteer artinya berkehendak kuat untuk melakukan perubahan.”
Rocky berpendapat, bahwa para pakar menyatakan rezim Jokowi akan menang, tetapi kehendak rakyat harus bisa menghentikan pesimisme itu.
“Jadi kalau ditanya apakah anda pesimis atau optimis? Masalahnya bukan pesimis atau optimis, punya determinasi apa tidak? Jadi kalau ditanya Anda pesimis nggak peduli. Kami punya determinasi,” tegasnya.
Ia menyerukan, agar rakyat dapat menunggangi kegelisahan itu demi perubahan.
“Kemampuan rezim untuk menyulap kegelisahan itu menjadi semacam pembenaran terhadap aktivitas untuk menghalangi pikiran, itu yang memungkinkan kita makin lama makin kuat,” tegasnya.
(Sumber: Viva)