Rusuh Berawal Dari Provokasi AKKBB Acungkan Jari Tengah ke FPI

Peristiwa rusuh di depan Gedung Pengadilan Negeri Jakarta Pusat antara sekelompok preman yang pro-AKKBB melawan anggota Front Pembela Islam (FPI) berawal dari acungan jari tengah seorang preman kepada massa FPI yang akan menyemangati Habib Rizieq Syihab yang akan kembali disidang (25/9).

Hal ini diperkuat oleh Newsticker Stasiun Teve One kemarin yang secara berulang-ulang menyebutkan jika bentrok tersebut diawali oleh provokasi yang dilakukan AKKBB yang mengacungkan jari tengah ke arah massa FPI. Semua orang tahu, isyarat mengacungkan jari tengah merupakan isyarat yang sangat cabul dan kotor, sebab itu sangat wajar jika orang yang diacungkan tersebut akan marah.

Habib Ali, salah satu anggota Laskar Pembela Islam yang diprovokasi para preman tersebut menyatakan jika aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL) yang juga tercatat sebagai wartawan Tempo, M. Guntur Romli, memulai provokasi terhadap dirinya. “Saya dikata-katai Arab yang memperkosa para TKI di Saudi. Guntur juga mengancam bahwa saya akan dibunuh. Tapi saya tidak terprovokasi dan diam saja.”

Akibat rusuh itu, tiga anggota FPI menjadi korban. Korban bernama Tomi terkena sabetan besi di tangannya dan bagian belakang kupingnya terkena celurit. Sedangkan anggota FPI bernama Junaidi mengalami memar di tangan kanan akibat hantaman benda keras, dan seorang anggota FPI lainnya bernama Eko mengalami lebam di pipinya akibat pukulan besi.

“Kita ada bukti saksi dan korban. Merka membawa-bawa clurit. Dan tadi salah satu tas preman yang menyerang itu jatuh. Rusuh ini sudah direncanakan mereka,” tegas Habib Rizieq.

Habib Rizieq menyatakan dirinya mempunyai bukti yang salah satunya berupa sebuah tas ransel hitam milik seorang preman pro-AKKBB yang berisi sebuah majalah Kontras, sebuah buku berwarna hijau berjudul “99 Keistimewaan Gus Dur”, secarik kertas berisi 33 nama orang pro-AKKBB yang diklaim oleh Guntur Romli sebagai anggota Banser, dan sebuah kaos hitam dengan tulisan Banser yang catnya masih bau menandakan kaos tersebut baru saja disablon.

“Dengan sengaja, para preman diberikan sebuah baju yang masih baru bertuliskan Banser Gus Nuril. Mereka sepertinya ingin mengadu-domba antara FPI dengan Banser. Ini jelas berbahaya dan harus diusut,” kata Habib Rizieq.

Dalam sebuah acara dialog tadi malam di Teve One yang membahas kasus rusuh tersebut, Habib Ali memperlihatkan kaos hitam yang baru disablon tersebut. Pembawa acara Tina Talissa penasaran dan ingin membuktikan jika kaos itu emmang baru disablon. Dia segera mencium kaos tersebut dan kepalanya mengangguk karena catnya memang masih bau dan yakin jika pernyataan Habib Ali tidak mengada-ada.

Habib Ali yang besar di Surabaya juga telah mengontak Pimpinan Banser Haji Tatang dan menyatakan jika Banser Pusat tidak pernah mengirimkan atau menugaskan anggotanya mengawal anggota AKKBB ke sidang Habib Rizieq. Hal yang sama ditegaskan Satkorwil Banser DKI Jakarta, Avianto Muhtadi.

Avianto seperti yang ditulis detikcom (26/9) menegaskan tidak pernah menginstruksikan anggotanya untuk terlibat dalam kasus itu. "Kami menyatakan tidak pernah menginstruksikan untuk terlibat," kata Kepala Satkorwil Banser DKI Jakarta Avianto Muhtadi. Bahkan Avianto mengatakan pihaknya mencium gelagat yang tidak baik yakni adanya upaya penghasutan dengan pemakaian kaos Banser dalam insiden Jumat 25 September di PN Jakarta Pusat kemarin. "Kami menyesalkan tindakan penghasutan itu," katanya.

Sebab itu, polisi wajib mengusut tuntas provokasi yang dilakukan aktivis JIL Muhammad Guntur Romli dan menelusuri siapa saja ke-33 orang yang mengenakan kaos Banser. Karena Banser Pusat maupun Banser DKI membantah menugaskan anggotanya mengawal Guntur Romli ke persidangan Habib Rizieq.(rd)