Eramuslim.com – Seolah tidak digubris, salah satu Pilar utama ekonomi Jokowi yakni nilai tukar rupiah terhadap USD terjungkal. Ambruknya nilai tukar berdampak ke segala arah mulai dari anggaran pemerintah hingga daya beli rakyat.
“Dampak terhadap penerimaan dan pengeluaran negara. Rata rata nilai tukar pada era Jokowi berkisar antara Rp.13.400 /usd sampai dengan Rp 14.000/USD. Pada era SBY berkisar antara Rp7.000/USD sampai dengan 10.000/USD,” kata Ketua Pusat Kajian Ekonomi Politik Universitas Bung Karno (UBK) Salamuddin Daeng dalam pernyataan kepada intelijen, Selasa (24/5).
Menurut Salamuddin, pada tingkat penerimaan negara yang tidak meningkat dibandingkan era SBY bahkan cenderung menurun, maka penerimaan negara Pada era Jokowi telah turun separuh dalam USD.
“Sementara pemerintah menggunakan sebagian besar Belanja barang untuk membeli barang barang impor dengan dolar, membayar Utang luar negeri dan menggaji para pekerja asing,” ungkapnya.
Kata Salamuddin, penurunan nilai tukar mengancam Jantung perusahaan perusahaan swasta yang sebelumnya telah mengalami anemia/kurang darah karena menyusutnya penerimaan baik penerimaan riil maupun penerimaan pasar keuangan, namun sisi lain kewajiban menggunung.
“Sepanjang 2015 perusahaan perusahaan swasta di sektor komoditas sekarat, default, gagal bayar kewajiban dan utang. Perdagangan saham mereka dihentikan karena harganya tinggal beberapa perak. Tahun 2016 adalah tahun yang memilukan bagi pemilik perusahaan property sekutu nya pemerintahan Jokowi sekarang,” papar Salamuddin.
Sementara Rakyat Dipaksa menanggung beban kebusukan pemerintahan ini yang memainkan strategi nilai tukar rendah untuk mendongkrak penerimaan rupiah dalam rangka menutup lebih dari separuh kekurangan Belanja APBN tahun 2016 dari utang luar negeri.(ts/intelijen)