Eramuslim.com – Melemahnya nilai tukar rupiah dikhawatirkan banyak kalangan akan mengulang krisis tahun 1998. Pengamat ekonomi-politik Ichsanuddin Noorsy menilai ada lima hal untuk menilai apakah kondisi ini sama dengan tahun 1998. Pertama, kondisi politik. Pada 1998 kondisi politik memburuk dan menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. Namun kondisi 2008, 2011 dan 2015 tidak demikian.
“Kondisi politik 2015 memburuk dicerminkan dengan adanya konflik koalisi, adu domba parpol, konflik KPK vs Polri, dan konflik horizontal Pemda DKI dengan DPRD DKI,” terangnya.
Selain itu, kata Ichsanuddin, faktor kedua adalah cadangan devisa yang cukup walau secara sistemik struktural perekonomian didominasi asing. Ketiga, industri keuangan yang relatif sehat walau jumlah utang luar negeri 292 miliar dolar AS didominasi oleh pinjaman swasta sebesar 162 miliar dolar AS, dan bermata uang dolar AS sebanyak 208 miliar dolar AS. Utang jangka waktu pendek sekitar 48 miliar dolar AS.
Keempat, kinerja perbankan yang sehat. Kelima, kebijakan fiskal yang memasok pasar walau diikuti dengan kebijakan utang yang nyaris konyol. “Aspek-aspek itulah yang menunjukkan kondisi sekarang tidak sama dengan 1997/1998. Kondisi sekarang akan memburuk jika kabinet tidak men-deliver janjinya ke negara adidaya,” pungkasnya.(rz)