Eramuslim – Serangan buzzer Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di sosial media terhadap prestasi Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan-Sandiaga Uno mencapai klimaks pada 100 hari Anies-Sandi memimpin Jakarta.
Berbagai kalangan masyarakat biasa dari aktivis Ormas tertentu, hingga wartawan senior dan anggota DPRD sangat getol membully keberhasilan Anies-Sandi dalam memimpin Jakarta.
“Pemimpin DKI zaman old: berlomba-lomba mencapai kemajuan. Pemimpin DKI zaman now: berlomba-lomba mencapai keterbelakangan,” tulis Aktivis muda Nahdlatul Ulama (NU), Akhmad Sahal.
Wartawan senior Muchlis Ainur Rofik, bahkan menegaskan bahwa semua yang “keluar” dari rejim Anies isinya kesemrawutan. “Iya, kita perlu fair. 100 hari, belon bisa mengukur kinerja sebuah rejim. Tapi mau gimana.. semua yang keluar dari rejim Anies ini isinya kesemrawutan, centang perenang. Kita terus dibikin kaget ama drama yang gak jelas alurnya,” kata Muchlis di akun @muchlis_ar.
Tak kalah galak, Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI, Gembong Warsono, menyatakan, Pemerintahan Anies-Sandi sarat adu domba, menabrak aturan, hingga mirip Donald Trump.
“100 Hari pemerintahan Anies-Sandi belum menampakkan wajah Jakarta yang akan dibawa selama lima tahun ke depan,” kata Gembong kepada wartawan (23/01).
Gembong menyorot kebijakan Anies-Sandi soal kebijakan penataan Jalan Jatibaru yang berlaku mulai pertengahan Desember tahun lalu itu. Pedagang Kaki Lima (PKL) diizinkan untuk berdagang di jalan itu, TransJakarta Tanah Abang Explorer beroperasi. Para sopir angkot menggelar demo menolak kebijakan ini.