Rocky Gerung Dipolisikan, Musni Umar: Demokrasi dalam Bahaya

eramuslim.com — Eks Rektor Ibnu Chaldun, Musni Umar mengomentari ihwal pelaporan Rocky Gerung oleh Relawan Presiden Joko Widodo terkait dugaan penghinaan.

Menurutnya, dalam negara demokrasi, penguasa dan para loyalisnya harus tebal kuping karena harus siap dikritik.

“Dalam negara demokrasi, penguasa dan para loyalisnya harus tebal kuping. Mereka harus siap dikritik,” kata Musni Umar dalam keterangannya, Senin, (31/7/2023).

Sosiolog ini menyebut rakyat akan semakin takut mengkritik jika mengkritik dianggap menyerang.

“Penguasa punya segalanya, rakyat tidak punya apa-apa kecuali bersuara ‘mengkritik’. Kalau dalam mengkritik ada kata atau kalimat yang dianggap menyerang pribadi penguasa, lalu dipolisikan, rakyat akan semakin takut mengkritik,” jelas Musni Umar.

Dia berharap agar Rocky Gerung tak betul-betul diproses hukum karena kritikannya terhadap penguasa.

“Itu pertanda demokrasi dalam bahaya. Saya berharap Rocky Gerung tidak diapa-apakan. Dia penyambung lidah mahasiswa dan rakyat Indonesia dalam menyuarakan keadilan dan kebenaran,” tandas Loyalis Anies Baswedan ini.

Sebelumnya, Pemerhati sosial-politik Rocky Gerung dilaporkan ke Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri di Jakarta.

Hal itu terkait pernyataan Rocky Gerung yang diduga menghina Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Diketahui, Rocky Gerung dalam acara Aliansi Aksi Sejuta Buruh Siap Lawan Omnibus Law menyindir keras Jokowi.

Dia menyebut Jokowi berusaha keras untuk mempertahankan legacynya.

“Begitu Jokowi kehilangan kekuasaannya, dia jadi rakyat biasa. Nggak ada yang peduli nanti. Tetapi ambisi Jokowi adalah mempertahankan legacynya tuh,” kata Rocky.

Rocky juga menyentil Eks Gubernur DKI Jakarta itu yang nawarin IKN di China.

“Dia masih pergi ke China. Dia nawarin IKN. Dia masih mondar-mandir dari koalisi ke koalisi lain. Untuk mencari kejelasan nasibnya tuh. Dia memikirkan nasibnya sendiri. Dia nggak pikirin nasib kita,” ucapnya.

“Itu bajingan yang tolol. Kalau dia bajingan yang pinter. Dia mau terima berdebat dengan Jumhur Hidayat. Tapi bajingan yang tolol itu sekaligus bajingan yang pengecut. Ajaib, bajingan tapi pengecut. Jadi teman-teman kita harus lantangkan ini,” sambungnya.

Lanjut Rocky memberikan semangat kepada Aliansi Aksi Sejuta Buruh Siap Lawan Omnibus Law.

“Saya percaya bahwa 10 Agustus nanti akan ada kemacetan di jalan tol. Bukan saya percaya, saya inginkan. Lebih baik macet di jalan tol daripada di jalan pikiran. Kita perlukan itu. Sejarah menunggu kita. Dan siapa yang dipanggil sejarah, dia mesti mewakafkan waktu dan tenaganya. Untuk memungkinkan sejarah itu menempuh jalurnya sendiri,” jelasnya.

Dosen Universitas Sam Ratulangi ini menegaskan, tidak ada perubahan tanpa gerakan.

“Saya bisa kasi kritik macam-macam. Tapi kekuasaan hanya bisa berubah kalau ditandingi oleh massa.Kekuasaan selalu takut kepada massa. Sejarahnya begitu. Sunnatullahnya begitu,” pungkasnya. (sumber: fajar)

Beri Komentar