eramuslim.com – Kritik terhadap rendahnya gaji guru di Indonesia kembali menjadi perhatian publik, terutama setelah program unggulan Presiden Prabowo Subianto, Makan Bergizi Gratis (MBG), menarik perhatian luas.
Program MBG dianggarkan sebesar Rp71 triliun untuk tahun 2025. Namun, kebijakan ini menuai sorotan dari Pengamat Politik Rocky Gerung yang menilai adanya ketimpangan dalam alokasi anggaran negara.
Dalam sebuah video yang beredar, Rocky mempertanyakan kebijakan yang lebih memprioritaskan pemberian makanan bergizi bagi anak-anak, sementara kesejahteraan guru justru kurang mendapat perhatian.
“Dosen dibatalkan intensifnya, guru gajinya dikurangi. Jadi ada bayangan, anak-anak makannya bergizi, gurunya kekurangan gizi,” ujar Rocky dengan nada kritis.
Pernyataan ini didukung oleh beberapa pegiat media sosial, termasuk Lia Amalia. Melalui unggahannya di X (@liaasister), Lia mengungkapkan keprihatinannya terhadap nasib guru honorer yang masih memiliki penghasilan rendah.
“Betul juga yang dikatakan oleh Pak Rocky Gerung. Anak-anak dikasih makanan bergizi, sementara gurunya banyak yang gajinya di bawah standar,” tulis Lia.
Lia juga mengangkat fakta bahwa hingga saat ini masih ada guru yang hanya berpenghasilan di bawah Rp500 ribu per bulan. Ia mempertanyakan bagaimana seorang guru bisa mengajar dengan baik jika kesejahteraannya tidak diperhatikan.
“Bagaimana bisa mengajar dengan baik apabila kesejahteraan tidak diperhatikan?” tegasnya.
Kisah serupa terlihat pada perjuangan Empan Supandi, seorang guru Bahasa Inggris berusia 51 tahun, yang menggambarkan realitas sulitnya hidup dengan penghasilan hanya Rp200 ribu per bulan. Setiap hari, Empan harus menempuh perjalanan sejauh 12 kilometer untuk mengajar, seringkali dengan mendapatkan tumpangan dari pengendara yang berbaik hati.
Meski hidup dalam keterbatasan, Empan tetap bersyukur dan mengajarkan anak-anaknya untuk mengutamakan ilmu dan pengalaman dibandingkan dengan materi.
(Sumber: Fajar)