Eramuslim.com – Tokoh nasional yang juga Ekonom senior Rizal Ramli menyindir analisa Yanuar Nugroho, Deputi II Kepala Staf Kepresidenan soal krisis ekonomi di Indonesia. Ia menyatakan bahwa ada yang keliru dalam analisa tersebut serta menyesatkan dengan membandingkan indikator2 setelah krisis 1998 dan pre-krisis 2018.
“Ini konyol dan menyesatkan, Mas @moeldoko, Analisa ABS (Asal Bapak Senang) begini yg nembuat kita mudah terlena dan selalu telat-langkah,” ujarnya melalui akun Twitternnya @RamliRizal, pada hari ini.
Karena, jika dibandingkan dengan dari indikator-indikator ekonomi Indonesia di masa menjelang Krisis Moneter 1997-1998 dengan masa sekarang, kuartal ke-II tahun 2018, ternyata situasinya cukup mengkhawatirkan.
Dapat dilihat, indikator utama, yaitu transaksi berjalan (current account), menunjukkan bahwa kondisi tahun 1997 masih lebih baik dari tahun 2018. Pada tahun 1997 tercatat defisit transaksi berjalan sebesar US$ -4,89 miliar. Nilai tersebut lebih kecil dari defisit transaksi berjalan tahun 2018, yang sebesar US$ -8 miliar. Secara persentase terhadap GDP (Gross Domestic Product), defisit transaksi berjalan tahun 1997 sebesar -2,2% dari GDP, juga lebih kecil dari tahun 2018 yang sebesar -3,04% dari GDP.
Di indikator berikutnya, neraca perdagangan, malah dapat dilihat bahwa ternyata tahun 1997 terjadi surplus sebesar US$ 410 juta. Berbanding terbalik dari tahun 2018 yang neraca perdagangan (kumulatif Januari-Juli 2018) mencatat defisit sebesar US$ -3,02 miliar.