Dia menambahkan, kalau ekonomi mau tumbuh hingga 6 persen maka pertumbuhan kredit itu harus 15 -18 persen.
Namun, masalahnya telah terjadi crowding out effect, pertumbuhan kredit tahun lalu itu minus 2,4 persen, bulan Mei ini minus 1,3 persen.
Rizal menjelaskan, crowding out effect terjadi ketika pemerintah getol mencari pendanaan demi belanja sektor publik yang jor-joran.
Akibatnya, seluruh uang beredar terserap ke kantong pemerintah.
“Tidak ada lagi sisa uang beredar untuk mendanai proyek-proyek bisnis sektor swasta,” ucap dia.
Rizal melanjutkan, salah satu bentuk umum dari crowding out effect ialah ketika pemerintah meningkatkan penerbitan surat utang negara (SUN) demi membiayai belanjanya.
“Artinya apa, boro-boro di dalam ekonomi itu ditambahkan uang untuk likuiditas malah disedot oleh SUN. Itulah yang menjelaskan kenapa daya beli rakyat anjlok. Padahal ini 5,5 persen dari GDP,” tandas Rizal Ramli. (*)