Rizal Ramli Beberkan Sinyal Ambruknya Ekonomi Indonesia Tahun Ini

Lebih lanjut Rizal menguraikan setiap menteri keuangan menerbitkan Surat Utang Negara (SUN), sepertiga dari dana di bank tersedot untuk membeli SUN. Karena SUN mampu menjamin defisit anggaran dan menggairahkan iklim investasi kendati bunganya dua persen lebih mahal dari deposito.

“Itulah yang terjadi hingga di bawah itu seret sekali. Tahun ini pertumbuhan kredit hitungan saya paling hanya 4 persen akan lebih merosot lagi,” urainya.

Ketiga, gagal bayar kasus Jiwasraya. Itu pun hanya sebagian. Total gagal bayar menembus Rp 33 triliun. Namun Rizal Ramli memperkirakan akan ada gagal bayar reksadana, dana pensiun, dan lainnya dengan nilai total Rp 150 triliun atau US$ 100 miliar.

“Jadi ekonomi itu ibarat petinju udah goyang karena kebanyakan utang digap dengan gagal bayar ya krisis,” ungkapnya.

Keempat adalah gelembung digital yang mengalami koreksi evaluasi. Gelembung digital dinilai sudah terlalu besar dan kemungkinan akan mengalami koreksi sekitar 40-50 persen.

Kelima, gelembung pendapatan petani. Mundurnya waktu tanam petani karena pengaruh musim kering pada September 2019 lalu, membuat mereka baru bisa memulai masa tanam pada Januari ini. Otomatis musim panen baru akan terjadi pada Mei atau Juni mendatang.

Namun saat musim panen, Rizal Ramli memprediksi Bulog bakal menolak beras dari petani. Pertama, karena krisis keuangan mengingat kerugian Bulog mencapai Rp 30 triliun. Kedua, Bulog masih menyimpan stok impor 1,7 juta ton.

Kelima gelembung tersebut akan terjadi pada saat bersamaan. Sehingga kuartal kedua menjelang lebaran bisa terjadi krisis di Indonesia dan berimbas pada peta politik.

Menilik sejarah perubahan politik di Indonesia selalu diawali dengan krisis ekonomi. Sebut saja pada era Presiden Soekarno maupun Presiden Soeharto.

“Jadi perubahan yang besar di Indonesia selalu terkait atau dimulai karena adanya krisis ekonomi. Banyak yang nggak percaya. Bisa terjadi perubahan politik di Indonesia. Bukan karena ada oposisi yang hebat tapi memang krisis itu sendiri menciptakan momentum perubahan,” tegasnya.