Skenario serupa terjadi di banyak negara, baik itu di Indo-Pafisik maupun Afrika.
“Saya sendiri memiliki keprihatinan yang sama untuk negara saya. Beijing telah mengungkapkan niat buruknya dalam kasus proyek kereta cepat Jakarta-Bandung,” sambungnya.
Rizal Ramli menjelaskan, selama proses penawaran proyek, pihak China mengajukan penawaran yang jauh lebih rendah daripada lawan tender mereka, Jepang. Tetapi setelah memenangkan tawaran, angka kemudian berubah.
Terjadi kenaikan harga dan penundaan pada tahap konstruksi. Diperkirakan, biaya akhir dari proyek tersebut akan membengkak hingga 60 persen dari prediksi semula.
“Mudah-mudahan, karena semakin banyak negara mulai mempertanyakan motif China, akan ada peninjauan ulang di aula kekuasaan di Beijing,” pungkasnya. (RMOL)