Eramuslim.com – Direktur Renaissance Foundation Ridwan Saidi menanggapi pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla soal kemandirian masjid di Indonesia, yang tanpa harus disubsidi oleh negara.
Menurut Ridwan, pernyataan JK tersebut berkaitan dengan kondisi keuangan negara yang tengah lesu.
”Saya menduga, JK ini mau mengincar celengan (kotak amal) masjid, sebagai salah satu solusi keuangan negara yang mengkhawatirkan,” kata Ridwan di Jakarta, Jumat (26/8/2016).
Menurut budayawan Betawi ini, sebelumnya konsep serupa juga pernah dilakukan pemerintah kolonial Belanda, tepatnya pada tahun 1931-1933.
“Ini bukan barang baru, sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh pemerintahan kolonial Belanda. Saat itu Belanda devisit dan tidak punya dana. Dimana kucuran dana dari kerajaan Belanda yang macet. angan-jangan JK ini mau mengincar celengan masjid,” beber Ridwan.
“Jadi, saya membayangkan nanti yang diumumkan takmir pertama kali waktu sholat jumat adalah penerimaan keuangan masjid. Dan jumlah yang disetorkan ke pemerintah,” ujar Ridwan berseloroh.
Karenanya, Ridwan mengingatkan agar pemerintah tidak berulah dengan mengganggu kenyamanan jamaah masjid.
“Ini sangat merisaukan, kayaknya pemerintah sudah gelap mata. Udah lah.. Pemerintah jangan coba-coba mengganggu keuangan masjid dari hasil infaq dan shodaqoh umat. Karena program tabung haji yang gagal membantu keuangan Negara,” tegas Ridwan.
Ridwan juga mengingatkan, bahwa uang kotak amal atau kas masjid adalah uang milik umat. Mereka mengeluarkan hartanya untuk kepentingan masjid, kepentingan umat Islam agar masjid sebagai tempat ibadah menjadi sarana yang baik dan nyaman bagi siapa saja yang melaksanakan ritual ibadah dan amal soleh.
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) sebelumnya menyebut bahwa hanya masjid di Indonesia yang ada kotak amalnya, yang diedarkan saat pelaksanaan solat Jumat atau momen lainnya.
Menurut JK, dana tersebut digunakan untuk membayar khatib atau penceramah, sehingga JK menyebut masjid di Indonesia lebih mandiri dibandingkan negara lain.
“Jangan salah ada kotak amal yang beredar (di masjid Indonesia). Karena itu anda tidak terdapat kotak amal di Malaysia, Brunei. Tapi di sini kalau tidak kotak amal siapa yang membayar kalau ada khatib atau ustad dan sebagainya,” ungkap JK.(jk/ts)