RI Perlu Lobi Negara OKI, Cegah Kenaikan BBM

Pemerintah Indonesia perlu melakukan lobi-lobi dengan negara anggota Organisasi Konferensi Islam yang juga merupakan negara pengekspor minyak (OPEC) untuk mendapatkan harga spesial, sehingga tidak terlalu mempengaruhi neraca keuangan.

"Kalau diplomasi dengan Timur Tengah kita sangat kuat, dengan memaksimalkan OKI dan sebagainya. Saya berharap Indonesia bisa mendekati mereka, dan meminta negara-negara OKI yang dengan minyak itu untuk menghadirkan solidaritas sesama OKI, mereka boleh kaya, tapi kekayaan mereka jangan menyusahkan negara-negara OKI lain, " ujar Ketua MPRRI Hidayat Nurwahid kepada pers, di Gedung DPR/MPRRI, Jakarta, Jum’at (16/5).

Menurutnya, pemerintah perlu memikirkan alternatif ini, untuk mencegah kenaikan harga BBM yang menimbulkan gejolak kenaikan harga dipasar. Karena itu, Hidayat meminta pemerintah untuk menerima masukan dan berdiskusi dengan berbagai pihak termasuk DPR dan DPD untuk mendapatkan opsi yang tepat sebelum mengambil langkah yang dinilai sebagian kalangan tidak populis.

Kenaikan harga minyak mentah dunia hingga mencapai 120 US dollar per barel dirasakan memberatkan perekonomian Indonesia, Hidayat menyatakan, apabila negara-negara kaya minyak di kawasan Timur Tengah ini memberikan harga 90 Us dollr per barel, tentunya tidak terlalu mengganggu neraca keuangan dalam APBN.

Mengenai pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat miskin sebagai langkah penyelematan masyarakat akibat dampak kenaikan harga BBM, Hidayat menyatakan, sebaiknya pemerintah mempertimbangkan lagi, karena daerah sudah mengalami banyak trauma akibat program BLT yang dilakukan pemerintah pada kenaikan harga sebelumnya.

"BLT yang dulu pernah dilakukan, dan menimbulkan keranggangan sosial yang luar biasa, ditingkat akar rumput kondisi masyarakat yang sudah sangat rentan, begitu banyak konflik, begitu banyak kondisi-kondisi yang membuat mereka mudah marah, ditambah lagi ada BLT yang tidak tepat sasaran, ada mesti dapat tapi gak dapat, ada yang harusnya gak dapat malah dapat.. Ini sesuatu yang sangat melemah proses sosial ditingkat akar rumput, dan itu sangat serius, " tandasnya.

Hidayat meminta, pemerintah berhati-hati dalam mengambil kebijakan terkait dengan pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat. Dirinya mengaku, sangat prihatin bila kemudian baru dari isu kenaikan BBM saja, harga sudah melonjak luar biasa, apalagi kalau sudah naik, harga pasti akan naiklagi, jadi kenaikan harga bisa dua kali lipat.

"Ada liberalisasi pasar yang menyusahkan warga, jadi baru ada isu kenaikan BBM, harga sudah naik. Apalagi nanti kalau naik betul, harga naik lagi, jadi kenaikan harga bisa dua kali lipat BBM itu. Pemerintah perlu amat sangat bijak untuk mengelola hal semacam ini, " pungkasnya.(novel)