Eramuslim.com – PT Pertamina (Persero) mengungkapkan mega proyek listrik 35.000 megawatt ala Presiden Joko Widodo (Jokowi) membutuhkan tak sedikit gas untuk bahan bakar. Pasalnya, saat ini sumber daya domestik tidak cukup untuk menyokong upaya pemenuhan kebutuhan.
Perusahaan migas pelat merah ini hanya mampu memproduksi 1,63 miliar kaki kubik perhari. Alhasil, Pertamina membuka keran importasi gas dari Amerika Serikat melalui Cheniere Corpus Christi sebanyak 1,5 juta ton mulai 2019 selama 20 tahun, juga dari Afrika sebanyak 1 juta ton per tahun, mulai 2020 untuk jangka waktu 20 tahun.
Direktur Energi Baru dan Terbarukan Pertamina Yenni Andayani klaim kebutuhan gas di Indonesia dalam jangka panjang sangat besar, terutama untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik dan industri.
“Adanya proyek pembangkit listrik berkapasitas 35.000 MW membutuhkan gas sebagai bahan bakar dalam jumlah besar, selain batubara, panas bumi, dan sumber energi primer lainnya. Pertumbuhan sektor industri seiring laju pertumbuhan ekonomi nasional, serta sektor rumah tangga dan transportasi juga menjadi faktor penting bagi peningkatan permintaan gas nasional,” terang Yenni dalam siaran persnya.
Miris, Melihat Sumber Daya Gas dalam negeri Dikuasai Asing
Ada yang miris dari rencana pembelian gas dari Amerika dan Afrika, Mirisnya adalah negeri ini kaya akan sumber daya Gas Alam, tetapi setelah di cek ternyata sebagian besar dikuasai asing yaitu Exxon dan Chevron.
Miris karena negeri ternyata sangat butuh pasokan besar gas untuk pembangunan Infrastrukturnya, tetapi melihat kekayaan gas yang dimilikinya sebagian besar dikuasai asing.
Apakah Nasionalisasi migas yang digembar gemborkan pemerintah jokowi hanya sekedar pencitraan dan PHP (pemberi harapan palsu) semata, artinya tidak serius untuk menasionalisasi tapi mengedepankan impor untuk memenuhi ketersedian pasokan, miris!(rz/fahreenheat)