Ketua F-PDIP Tjahjo Kumolo menyatakan, bahwa kabinet hasil reshuflle jilid II kemampuannya diragukan, karena masih tambal sulam.
Menurutnya, , dalam kondisi sekarang ini pemerintah tidak boleh hanya sekadar menyelamatkan janji kampanye. ”Kondisi riil masyarakat dua setengah tahun ini sangat berat di sektor ekonomi, banyak pengangguran dan tingginya angka kemiskinan, ” katanya di Gedung DPR, Jakarta.
Tantangan pemerintahan yang terberat, katanya, adalah melaksanakan prinsip-prinsip sebagaimana diamanatkan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dalam bentuk kebijakan luar negeri, dalam rangka nation character building. Karena perilaku mayoritas masyarakat yang individualistis, korup, hedonis, dan sejenisnya.
Sementara Wakil Sekjen DPP PKS Fachri Hamzah menilai, bahwa kabinet hasil reshuffle terbatas yang dilakukan presiden tidak akan membawa perubahan yang signifikan, karena dilakukan atas tekanan politik, meskipun presiden membantahnya.
Menurut Fachri, kegagalan pemerintah bukan karena kinerja para menteri yang tidak baik, tetapi disebabkan oleh kegagalan presiden dan wakil presiden mengelola koalisi yang dibangun sejak pemilihan presiden putaran pertama dan kedua yang kemudian memenangkan pasangan SBY-JK.
“Inilah sebetulnya yang membuat pemerintahan ini gagal, sehingga semboyan bersama kita bisa tidak menjadi kenyataan, ” ujarnya.
Dijelaskannya, bagaimana akan bisa bersama-sama mengelola negara ini, kalau koalisi (kebersamaan) yang dibangun saat Pilpres tidak dikelola dengan baik.
“PKS memiliki pandangan tersendiri dalam pengelolaan pemerintahan ini agar menjadi lebih baik, tetapi pandangan itu tidak bisa disampaikan karena presiden sampai saat ini tidk pernah mau menerima PKS yang ingin memberikan masukan itu, ” papar anggota Komisi VI itu prihatin.(dina)