Resesi ekonomi yang terjadi Amerika Serikat secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kenaikan suku bunga yang akan mempengaruhi sektor riil di Indonesia, apabila pemerintah tidak serius menanganinya hal ini akan mengancam pertumbuhan ekonomi kecil menengah.
"Resesi di AS efeknya akan meningkatkan suku bunga, karena Inflasi mereka cukup tinggi ya, harga barang mereka naik. Mereka menarik itu dengan menaikkan suku bunga. Maka ini pengaruhnya, kalau secara makro BI tidak menaikkan suku bunga, takutnya investor kita akan naik ke sana, jadi BI akan menaikan suku bunga, "kata Anggota Komisi XI DPR Nursanita Nasution dalam jumpa pers, di Kawasan Taman Ria, Senayan, Jakarta, Selasa(29/1).
Menurutnya, disatu sisi memang kondisi ekonomi di AS tidak mempengaruhi peningkatan kurs dollar, selain itu juga ekspor impor Indonesia yang tidak terlalu tergantung pada AS. Meski demikian, kalau hal ini berkelanjutan akan mempengaruhi sektor riil, di mana akibat suku bunga meningkat, masyarakat akan kesulitan memperolah pinjam uang dari bank untuk menjalankan usaha.
"Sekarang sudah mulai terasa, jadi kalau kalau BI mau naikkan suku bunga jangan cepat-cepat, dia harus bisa mengerem dulu sebatas kemampuannya, "ujarnya.
Upaya mengatasi dampak resesi ekonomi AS, lanjut Nursanita, pemerintah dalam hal ini Departemen Keuangan harus lebih serius untuk memaintance dengan menjaga stabilitas harga, terlepas ada atau tidak kenaikan harga naik.
Ia pun menilai, kebijakan operasi pasar yang selalu diterapkan oleh pemerintah, hanya mampu menangani masalah kenaikan harga bahan pokok dalam jangka pendek. Karena itu, seharusnya pemerintah mempunyai program lain yang lebih konkrit.
"Operasi pasar, selalu itu yang mereka lakukan. Padahal anggarannya terbatas. Saya mau bilang pemerintah tidak serius ya, koordinasi antara Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian dan Departemen Pertanian tidak jalan. Ini harus diseriuskan, menurut saya tinggal setahun ya, saya kira pemerintah bisa lebih konkrit, "tegasnya. (novel)