Pada hari ahad, 24/04/2011, Forum Umat Islam Tenabang bekerjsama dengan Ikatan Pemuda Muhammadiyah dan Penerbit Pustaka Al Kautsar melaksanakn acara Bedah Buku “Republik Bohong: Hikayat Bangsa Yang Senang Ditipu" di Mesjid Attaqwa Tanah Abang.
Bertempat di dalam Mesjid, acara dihadiri banyak jamaah. Pembicara sendiri diisi oleh Munarman SH selaku Direktur An Nashr Institute dan penulis buku AM Waskito.
Dalam paparannya, Waskito menilai Indonesia lebih pas disebut Republik Bohong. Ia mencontohkan dalam bidang ekonomi, kebijakan-kebijakan Indonesia tidak pro kepada rakyat. SBY pun kerap melakukan kebohongan dalam klaim keberhasilan perekenomian melalui data statistik. Bahkan dalam hal perhatian kepada rakyatnya, Indonesia lebih buruk dari Libya.
“SBY lebih buruk dari Qaddafi. Walaupun kejam, Qaddafi masih memperhatikan rakyatnya dalam memberi tunjangan. Kalau SBY?” Tanya Waskito kepada seluruh hadirin.
Kepada Eramuslim.com, Waskito juga mengatakan bahwa ada gejala lain dalam sistem kenegaraan Indonesia, yakni sistem Aristokrasi. Hal ini menurutnya sudah terjadi sejak awal republik ini berdiri.
“Sebenarnya pemerintahan kita itu tidak berbeda jauh dari konsep aristokrasi pada kerajaan di masa lalu. Seakan-akan ucapan mereka itu laksana wahyu yang mesti diikuti, bahkan disembah,” katanya membuka pembicaraan
“Dan rupanya model kepemimpinan itu terus berjalan sampai sekarang. Apapun itu namanya, mau Soekarno, Soeharto termasuk SBY. Mereka menempatkan dirinya seperti raja dan rakyatnya sebagai abdi dalem. Ini kan arirtokrasi dalam model republik.” Sambung Waskito menganalogikan.
Ketika disinggung Eramuslim.com, apa bukti rill kebohongan di pemerintahan SBY pada masa sekarang ini, Waskito menyebut salah satunya penanganan isu terorisme.
“Di Pos Kamling ada wajah teroris, di toko-toko ada. Itu kan membuat pemikiran masyarakat menjadi cemas terus. Seperti kata Pak AC. Manullang, kalau memang benar-benar ada teroris, sudah segera diendus, gak usah publikasi. Itu jika kita benar-benar ingin menyelamatkan kepentingan lebih besar.”
“Tapi kita ketahui sendiri hal ini menjadi komoditi, karena dibalik pemberantasan teorisme ada dana dan publikasi. Siapa sih yang gak mau terkenal?” Ujar Waskito lebih jauh.
Dalam catatan lain, Waskito menilai semakin hari arah ekonomi Indonesia semakin tidak jelas. “Sejak awal terpilih menjadi presiden, sebenarnya arah kebijakan ekonomi kita sudah tersesat jauh, apalagi ketika berpasangan dengan Boediono. Kita tahu Boediono adalah operator IMF dalam menjalankan agenda 180 butir. Bahkan statusnya dalam pemilu masih anggota eksekutif IMF.”
Buku Republik Bohong ini adalah buku kesekian dari AM Waskito. Sebelumnya ia juga menulis buku berjudul “Cukup Satu Gusdur Saja” yang juga diterbitkan Pustaka Al Kautsar. (pz)