Eramuslim.com – Teluk Jakarta sebagai miniatur Indonesia sekaligus sebagai simbol keberagaman dan kekayaan Indonesia yang secara ekologis mengalami penurunan kualitas lingkungan.
Demikian dikatakan Sekjen Koalisi Rakyat untuk Perikanan (KIARA), Rizal Damanik dalam acara diskusi dialektika demokrasi bertema “Sengkarut Reklamasi Teluk Jakarta,” di Media Center DPR, Jakarta, Kamis (21/4).
“Ada upaya untuk perbaikan pantai Jakarta agar lebih indah, sehingga membangun teluk Jakarta sebagai upaya rehabilitasi. Tapi faktanya terjadi pergeseran-pergeseran untuk komersialiasi di 17 pulau reklamasi tersebut,” katanya.
Dalam dokumen terbaru pembangunan itu misalnya menurut dia, justru sangat dianjurkan menggunakan material teluk Jakarta, tapi faktanya mengambil dari Banten dan daerah lain yang tidak bisa dibuktikan asalnya. Rizal menegaskan pertahunnya dibutuhkan 40 ton metrik material.
“Itu jelas akan merusak lingkungan. Atau sebanyak 876 juta metrik ton kubik yang juga tidak cukup kalau hanya mengandalkan dari Banten,” ungkapnya.
Menurut Rizal, semangat komersialiasi sudah menabrak keselamatan lingkungan. Padahal, implikasinya akan berpengaruh pada arus teluk Jakarta, yaitu perusakan, abrasi, terkikisnya pulau-pulau di bagian Barat Jakarta dan sebagainya.
“Kalau semangatnya untuk menghentikan teluk Jakarta dari ancaman abrasi, maka komersialiasi reklamasi itu salah dan harus dihentikan. Apalagi diprediksi pada tahun 2100 sebanyak 1325 hektar daerah itu akan mengalami penurunan tanah, dan 31.257 ribu hektar akan tergenang akibat kenaikan air laut,” tuturnya.
Pemerintah tahu sejak awal akan segala konsekuensinya tersebut. Tapi tidak diantisipasi dengan Amdal, juga perekonomian rakyat teluk Jakarta dan kelestarian lingkungan lainnya.
“Jadi, seluruh reklamasi itu harus berhenti kalau tidak mau melawan hukum, dan itu sudah ada di RPJM 2015-2019,” pungkasnya.(ts/rmol)