Ratusan warga serta anak yatim korban konflik dan tsunami Aceh berdoa bersama untuk etnis Rohingya yang menjadi korban kekerasan di Myanmar. Mereka mendoakan konflik menimpa umat Islam di negeri Junta Militer itu segera berakhir.
Doa bersama digagas Komunitas Kaskus Regional Aceh berlangsung di Dayah (pondok pesantren) Markaz Al Ishlah Al Aziziyah Lueng Bata, Kota Banda Aceh, Sabtu (4/8/2012).
Doa dan dzikir bersama dipimpin Teungku Bulqaini Tanjongan, pemimpin pondok yang diisi 120 orang anak-anak yang kehilangan orangtuanya dalam konflik Aceh dan tsunami 26 Desember 2004 lalu.
Dengan mengenakan pakaian serba putih, mereka larut melantunkan dzikir dan bermunajat kepada Allah agar Pemerintah Myanmar terbuka hatinya mengakui etnis Rohingya sebagai warga negaranya.
“Kita berdoa semoga konflik menimpa saudara-saudara kita di Rohingya segera berakhir. Lewat doa kita hari ini, kita memohon kepada Allah agar Pemerintah Myanmar terbuka pintu hatinya menerima Rohingya sebagai warga negaranya,” ujar Misdarul Ihsan, panitia doa bersama dalam sambutan singkat.
Aksi doa bersama ini, kata dia, sebagai bentuk keprihatinan masyarakat Aceh khususnya komunitas Kaskus Regional Aceh atas penindasan terhadap etnis Rohingya.
Usai berdoa kegiatan dilanjutkan dengan buka puasa bersama serta menyerahkan sumbangan kepada sejumlah anak yatim di pondok tersebut.
Pemimpin Kaskuser Regional Aceh (RATM), M Chairul Munadi mengatakan, meski hanya sebuah komonitas di dunia maya, namun mereka tetap peduli dengan realitas sosial di masyarakat.
“Kita ingin berbagi sesama. Kita ingin kegembiraan ini juga dirasakan oleh anak-anak yatim yang kini tinggal jauh bersama keluarga mereka,” kata pria yang akrab disapa Aneuk Sabang itu.(fq/okezone)