Eramuslim.com – Aktivis kemanusiaan Ratna Sarumpaet mengatakan, adalah tindakan jahat yang dilakukan pihak yang menyebut warga sekitar Luar Batang mencari-cari sumbangan lewat tenda relawan di atas puing rumah bekas penggusuran oleh otoritas Pemprov DKI Jakarta.
“Jahat sekali menyebut ada warga korban penggusuran berupaya mengambil keuntungan sumbangan. Mereka jahat menyebut ada warga datang di tenda pagi untuk dapat sumbangan, malamnya tinggal di rumah susun,” kata Ratna dalam jumpa pers Advokasi dan Pembelaan Warga Penggusuran Luar Batang di Kantor Pusat Majelis Ulama Indonesia, Jakarta, Kamis (19/5/2016).
Menurut pendiri Ratna Sarumpaet Crisis Center itu, warga benar-benar tinggal di atas tenda selama sebulan lebih sejak tempat tinggal di kawasan Luar Batang, Pasar Ikan dan Kampung Akuarium digusur otoritas Pemprov DKI Jakarta.
Tuduhan mengambil keuntungan dari sumbangan di tenda, kata dia, adalah tuduhan yang tidak benar.
Senada, Koordinator dan Tokoh Perwakilan Warga Kampung Akuarium Luar Batang Upi Yuanita mengatakan warga tidak melakukan hal seperti yang dituduhkan itu.
Warga kawasan Luar Batang, kata dia, bervariasi terdapat nelayan, pedagang, karwayan swasta, PNS dan sebagainya. Banyak dari mereka tetap tinggal di tenda yang didirikan di atas puing reruntuhan gusuran di dekat Museum Bahari, Jakarta Utara tersebut.
“Kami tidur satu bulan lima hari di tenda relawan. Adanya mereka yang menyebut kami di tenda (untuk mendapat sumbangan), malam di rusun itu bohong. Bisa dibuktikan secara nyata,” kata dia.
Perempuan paruh baya ini mengatakan beberapa warga tidak betah tinggal di rumah susun sewa yang dijadikan tempat tinggal pengganti rumah yang digusur sehingga tetap memilih tinggal di tenda. Rusunawa bagi warga kawasan Luar Batang terkonsentrasi di dua titik yaitu di Marunda dan Rawa Bebek.(ts/rn)