Eramuslim – Internet menjadi salah satu faktor penyebab mengapa generasi Z Indonesia menjadi intoleran dan radikal. Kesimpulan diambil berdasarkan riset Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta.
Dalam risetnya, PPIM UIN menyimpulkan sebanyak 84,94 persen generasi milenial Indonesia mengakses internet. Sedang sisanya, 15,06 persen generasi milenial tak mengakses internet.
Sebanyak 54,87 persen menjadikan internet sebagai sumber pengetahuan agama. Lewat jejaring maya generasi milenial mengakses media sosial, blog maupun laman web radikal seperti Voa-Islam.com dan sejumlah laman lainnya.
“Mereka yang tidak menggunakan internet malah moderat, karena media sosial yang tersedia banyak memuat laman atau pendapat intoleran dan radikal,” ujar Direktur Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta Saiful Umam pada Rabu (8/11).
Terbukti, sebanyak 58,5 persen pelajar Indonesia beropini radikal, 51,1 persen memiliki intoleransi internal umat Islam dan 34,3 persen memiliki intoleransi eksternal antar umat beragama
Menyoal jihad, umumnya generasi milenial berpandangan moderat. Sebanyak 62,29 persen tidak setuju jika jihad diartikan berperang melawan non-muslim, 76,65 persen tidak setuju aksi bom bunuh diri dan 65,57 tidak setuju jika orang murtad boleh dibunuh.
Sisanya, jumlah persentasi yang setuju tampak tidak signifikan. Namun jika dikalikan dengan jumlah masyarakat Indonesia angkanya menjadi besar.
Meski begitu riset ini juga mengungkap bahwa generasi milenial Indonesia lebih bertoleransi pada pemeluk agama lain ketimbang pemeluk agama Islam dalam pemahaman berbeda.