Eramuslim.com – Di mana lagi kami rakyat bisa hidup, bila di kota tanah serta rumah kami digusur untuk dibangun hotel, apartemen, super market dan tempat hiburan.
Di mana lagi kami rakyat bisa hidup dengan bertani, jika di desa tanah sudah habis dikapling untuk perusahaan real estate, tambang, perkebunan dan hutan tanaman industri.
Di mana lagi kami para petani bisa menjual hasil panen, jika pasar sudah dipenuhi hasil petani luar negeri.
Di mana lagi kami nelayan bisa memperoleh penghasian, jika laut sudah dipenuhi kapal-kapal besar penangkap ikan dari negeri luar dan pantai dikapling direklamasi
Di mana lagi kami rakyat bisa bekerja selain menjadi TKI, jika di dalam negeri kami dijadikan kuli, hidup seperti zaman kompeni.
Di mana lagi kami rakyat bisa hidup dengan berjualan rokok dan kopi, jika di samping kios kami sudah menjamur mal, Alfamart, Indomart, Seven Eleven dll.
Di mana lagi kami rakyat bisa membuka warung makan, jika usaha kami sudah dikelilingi Kentucky, Pizza Hut, McD dll.
Ke mana kami rakyat akan mengadu dan menggantungkan harapan, jika para pemimpin pada serakah, haus harta, gila wanita, rakus kuasa.
Ke mana kami rakyat harus mencari pemimpin teladan, jika mereka sibuk beriklan, membangun pencitraan untuk menutup kebusukan.
Ke mana kami rakyat mencari ketenteraman, jika negara gaduh tanpa henti dan negara cuma menjadi tameng kehidupan bagi mereka yang beruang.
Siapa yg mau dengar rintihan hati kami ini?
Apakah kami harus MATI TANPA MARTABAT DI NEGERI SENDIRI?
*Dari Catatan Petang Agus Jabo Priyono. Diedit menjadi puisi oleh M. Hatta Taliwang
(ts/rmol)