Lebih lanjut Dedi menyarankan, kalau memang Puan ingin memberikan catatan politik yang baik, ia cukup menyampaikan seluruh asprirasi masyarakat melalui jalur parlemen.
Namun demikian, Dedi melihat sosok Puan lebih kentara sebagai kader partai ketimbang pucuk pimpinan legislatif di senayan.
“Puan punya jabatan strategis, di parlemen ia bisa menyampaikan langsg aspirasi publik pada pemerintah, tapi sayang Puan lupa itu,” pungkas Dedi.
Dalam beberapa bulan ini, baliho Puan Maharani bertebaran di berbagai jalan protokol kabupaten/kota di Indonesia. Utamanya di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang merupakan kawasan politik basis PDIP.
Bahkan beberapa pekan lalu, baliho Puan di kota basis PDIP seperti Surabaya dan Blitar mengalami tindakan vandalisme.
Puan Maharani digadang-gadang akan menjadi kandidat di pemilihan presiden (Pilpres) tahun 2024 mendatang.
DPD PDIP Jawa Timur melalui Rakerda telah resmi mengusung Puan Maharani sebagai kandidat yang akan diperjuangangkan merebut kursi kepemimpinan nasional menggantikan Presiden Joko Widodo di tahun 2024.
Warganet juga mengomentari aksi serangan baliho yang mempromosikan Puan Maharani ini. Salah satu warganet yang diamini banyak netizen lainnya adalah anjuran agar mau namanya diingat rakyat, lebih baik Puan Maharani mencontoh Baim Wong yang sering bagikan uang kaget kepada banyak orang miskin.
“Itu lebih berguna bagi rakyat, uang bisa untuk menyambung hidup. Emang baliho bisa dimakan?” ujar salah satunya. (em/rmol)