Eramuslim.com — Kritik tajam yang dilontarkan politisi PDIP kepada pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapat respons beragam dari sejumlah pihak. Para politisi itu di antaranya Ketua DPR Puan Maharani, Effendi Simbolon, dan Masinton Pasaribu.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga juga mengomentari kritik sejumlah kader PDIP itu. Menurutnya, hal tersebut menimbulkan banyak spekulasi.
Salah satunya, partai berlambang banteng moncong putih dinilai sudah tidak sejalan dengan Jokowi.
“Presiden Jokowi dikesankan lebih mendengarkan Luhut Binsar Panjaitan daripada Ketua Umumnya (PDIP, red) Megawati Soekarnoputri,” kata Jamiluddin kepada JPNN.com (grup FAJAR), Jumat (6/8/2021).
Penulis buku Perang Bush Memburu Osama itu menjelaskan, memang Effendi Simbolon kerap mengkritik Jokowi. Sikap kritis itu bahkan sudah diperihatkan anggota Komisi I DPR itu sejak awal Jokowi menjadi presiden pada 2014.
Hal itu menurut Jamiluddin berbeda dengan Puan dan Masinton yang mengkritisi pemerintahan Jokowi belakangan ini saja.
“Kritik dua sosok ini terlihat sangat terukur yang diperkirakan tidak akan menggoyahkan, apalagi menjatuhkan pemerintahan Jokowi,” ucap Jamiluddin.
Mantan dekan Fakultas Ilmu Komunikasi IISIP itu menegaskan, kritik Puan, Effendi, dan Masinton terhadap rezim Jokowi masih dalam rambu-rambu partai pendukung pemerintah.
“Kritikan yang mereka layangkan hanya basa-basi untuk mengecoh masyarakat, seolah-olah pro rakyat,” ucapnya.
Jamiluddin juga menjelaskan, ketiga politisi PDIP itu ingin memposisikan partainya sebagai pembela rakyat, terutama dalam penanganan Covid-19. Posisi demikian menurutnya ingin ditanamkan kepada masyarakat untuk kepentingan Pileg dan Pilpres 2024.
Oleh karena itu, Jamiluddin menyimpulkan kritik mereka lebih berorientasi untuk kepentingan Puan dan parpolnya pada Pemilu 2024.
“Mereka melakukan hal itu untuk mengerek popularitas dan elektabilitas Puan dan partainya,” pungkas Jamiluddin. [Fajar]