Menteri Agama (Menag) M. Maftuh Basyuni, dari Jakarta terus memantau perkembangan adanya protes yang dilancarkan jamaah yang tergabung dalam Kelompok Terbang (Kloter) 8 dari Nangroe Aceh Darussallam (NAD), yang menuntut haknya untuk ditempatkan di Syib Amir sesuai hasil qur’ah (undian).
Perkembangan itu secara langsung tanyakan kepada Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Nur Samad Kamba. Saat berada di ruang kerjanya di Makkah, Selasa malam, melalui sambungan telepon Menag meminta penjelasan kronologis peristiwa protes tersebut, yang menyebabkan jamaah asal Aceh sebanyak delapan bus terganggu dalam pelaksanaan umrohnya.
Ketua Daerah Kerja (Daker) Makkah Wardani Muchsin menjelaskan, protes jamaah Kloter 8 itu sesungguhnya, berawal protes Kloter 1 dan 2 Aceh, yang menghendaki ditempatkan di Syib Amir, karena letaknya berdekatan dengan Masjidil Haram.
Aksi protes tersebut, saat itu disaksikan anggota Komisi VIII DPR, Farhan Hamid (27/11). Farhan memberikan solusi. Alasan yang mengemuka saat itu adalah pertimbangan banyaknya jamaah uzur, sehingga Kloter 1 dan 2 ditempatkan di Syib Amir.
Mereka ini pindah dari lokasi di sektor 4 di Jumaizah nomor pondok 123 ke sektor 2 di Syib Amir di nomor 170, 171 dan 172. "Jamaah pindah, pertimbangannya karena banyak yang uzur, " kata Farhan Hamid, yang juga anggota tim Pengawas Haji dari Komisi VIII DPR.
Namun, lanjutnya, disadari bahwa pemindahan itu akan menimbulkan resiko, yaitu jamaah terlambat masuk pondok dan menambah ongkos pindah. Dan kini, pemindahan tersebut membuahkan resiko. Kloter 8 bersikeras menuntut haknya, sesuai hasil qur’ah, yaitu ditempatkan di Syib Amir, yang lebih dahulu ditempati jamaah asal propinsi yang sama.
Dari hasil pembicaraan dengan jamaah, munculnya protes jamaah kloter 1 dan 2 yang menghendaki ditempatkan di Syib Amir lantaran adanya kesalahan penulisan lokasi pemondokan. Hasil qur’ah menyebut bahwa mereka ini ditempatkan di pemondokan Syib Amir dan sekitarnya.
Sayangnya, di Banda Aceh ditulis daerah Syib Amir saja. Dari informasi yang diterima dari tenaga mukimin, disebut bahwa Syib Amir dekat dengan Masjidil Haram. Namun setelah tiba di Makkah, justru ditempatkan di Jumaizah, lokasinya 13. 000 meter dari Masjidil Haram.
Dan para wakil Kloter 8 mendatangani kantor Daker Makkah untuk berunding, jamaah Aceh itu tetap bertahan di busnya masing-masing. Sebanyak delapan bus berderet di kawasan Gazza, di depan Hotel Anawal. Sementara itu, para sopir bus mengeluh dan khawatir bahwa mesin mati karena sudah lebih dari empat jam hidup tanpa berjalan.
Banyak warga Indonesia di lokasi tersebut hanya bisa menonton dan menganjurkan agar lekas menyelesaikan ibadah umrohnya. Kebanyakan jamaah di bus memang masih mengenakan pakaian ikhrom.
Perundingan perwakilan Kloter 8 di kantor Daker Makkah, akhirnya membuahkan hasil. Menurut Wardani, para wakil kloter tersebut akan menurunkan kopernya di pemondokan Anawal. Sedangkan jamaahnya akan melanjutkan ibadah umroh di Masjidil Haram. ‘Perundingan masalah pemondokan akan dilanjutkan Rabu (5/12) pagi, "ujar Wardani.
Mengenai kemungkinan adanya uang pengganti transport yang diminta para perwakilan Kloter 8 Aceh tersebut, Wardani mengatakan, hal itu sulit dapat dipenuhi. Sudah menjadi komitmen bersama, bahwa semua jamaah Indonesia yang lokasinya jauh disediakan bus menuju Masjidil Haram.
"Untuk sementara ini, persoalan protes Kloter 8 Aceh, sudah menemui titik temu. Perundingan nanti diharapkan dapat memberi kepuasan kepada semua pihak, "harap Wardani. (novel/ant)