Propaganda yang dilancarkan barat terhadap Republik Sudan, dilakukan untuk menimbulkan kegocangan dan ketidakstabilan di dalam negeri Sudan yang kondisinya mulai mengalami kemajuan dibidang ekonomi. Padahal berbagai suku diwilayah Sudan terus mengupayakan terciptanya persatuan.
"Darfur kaya akan pemberdayaan alam, dan barat berkepentingan untuk melakukan ekploitasi yang sumber daya alamnya ada di Darfur ini. Darfur sekalipun banyak suku didalamnya terus berupaya untuk bersatu, " kata Juru Bicara Hubungan Luar Negeri Kementerian Wakaf Sudan Syekh Faqih Mukhtar, dalam jumpa pers, disela pertemuan ICIS III, di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (30/7).
Menurutnya, pemerintah Sudan telah mengambil tiga kebijakan penting untuk perbaikan dinegaranya, yakni pertama kebijakan supremasi hukum, agar pihak dalam negeri dan luar negeri tidak lagi mudah untuk mengacaukan negeri Sudan. Yang kedua tentang masalah persatuan, pemerintah Sudan akan semaksimal mungkin untuk mempersatukan elemen masyarakat Sudan yang ada baik itu ras, suku bangsa atau partai politik yang ada. Yang ketiga aspek luar negeri pemerintah Sudan.
"Sekarang ini, sedang mengusahakan semaksimal mungkin untuk melakukan lobi-lobi diplomatik, bersama negara luar negeri untuk membangun Sudan yang lebih baik, " jelasnya.
Senada dengan itu, Anggota Parlemen Sudan Yasir Abu Kasawah mengakui bahwa, media-media didunia terlalu sering memojokkan Sudan, dan tidak memberitakan kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh Sudan. Padahal saat ini, Sudam tengah mengalami kemajuan di bidang ekonomi yang sangat pesat, boleh dikatakan mengalami kemajuan yang terpesat di Afrika Tengah. Dan di Sudan telah berhasil melaksanakan pemilu yang demokratis, hingga terpilih Presiden Umar Basyir.
"Tetapi lagi-lagi ada pihak yang tidak senang dengan kami, selalu berusaha untuk membuat kerusakan di negeri kami, dari krisis Darfur sampai image politik Presiden kami Umar Basyir, " paparnya.
Segala krisis yang terjadi, lanjut Yasir, telah berhasil diatasi dengan baik, namun rupanya pihak asing yang ingin mengekploitasi kekayaan bangsa Sudan dan tidak senang dengan kemajuan dan keberadaan bangsa Sudan.
"Karena itu mereka selalu ingin membuat kerusakan dan kekacauan, dengan menuduh Presiden Umar Basyir sebagai pelaku pembataian, " ujarnya.
Ia menambahkan, sebenarnya propaganda ini merupakan politis untuk memaling masyarakat Sudan dari kemajuan ekonomi yang telah dicapainya, dengan begitu bangsa Sudan akan tetap berada dalam krisis ekonomi. (novel)