Eramuslim – Kalangan akademisi yang mengamati perkembangan sosial politik mengamati kemeriahan masa yang menyambut Habib Riziek Shihab pulang dari ‘pengasingan’ selama tiga setengah tahun di Makkah. Banyak di antaranya merasa terkejut dan tak mengira masa mampu mengular dari Bandara Soekarno Hatta hingga ke kediamannya di kawasan Petamburan.
Berikut ini analisa sekaligus jawaban dari pengamat sosial politik Islam, Prof DR Abdul Hadi WM. Dia adalah guru besar filsafat kebudayaan Islam di Universitas Paramadina. Abdul Hadi adalah pelopor sastra sufi Indonesia, menyelesaikan studi mengenai kajian tasauf dan pernah mengajar di beberapa negara.
Berikut ini tulisannya. Menurut dia tulisan ini sempat diunggag di Facebook namanun langsung hilang karena ada kalimat Habib Riziek Shihab yang memang dilarang dimuat di media sosial ini. Berikut ini tulisan singkatnya:
‘Mengapa Habib Riziek Shihab Disambut Meriah?’
Umat Islam di Indonesia merindukan pemimpin politik yang dekat dengan hati dan mencintai umat serta agamanya sepenuh hati. Selama ini yang tampil pada umumnya pemimpin yang kurang bahagia dengan Islam dan perkembangan agama Islam. Kerinduan itu terpenuhi dengan munculnya tokoh seperti Habib Rizieq tersebut.
Tak heran apabila kepulangannya ke tanah air mendapat sambutan luar biasa meriah layaknya kepulangan Ayatullah Khomeini dari pembuangannya di Paris ke Iran pada Februari 1979. Tentu Habib Riziek Shihab bukan Khomeini dan tak dapat dijajarkan dengan Khomeini.