Diwakilkan dalam artian di sini adalah, yang memiliki penyakit tidak wajib untuk disuntik vaksin karena vaksin wajib hanya untuk orang yang tidak memiliki penyakit.
“Kesimpulan kami cuma satu, orang yang punya penyakit jangan divaksin. Titik,” sambungnya.
“Kenyataannya sekarang ini ditakut takuti, kamu ye pegawai ye kamu dak vaksin dak taat. Logikanya, misal orang punya penyakit darah tinggi, kencing manis, dan lain lain, vaksin itu tidak akan bekerja dengan baik di dalam tubuhnya,” katanya.
“Karena untuk memproses vaksin, dibutuhkan tubuh yang sehat tanpa penyakit. Cukup 40 sampai 67 persen saja yang divaksin, artinya 33 persen tidak divaksin.”
Prof Yuwono menjelaskan jika vaksin disuntikkan pada orang yang memiliki penyakit, maka itu berbahaya karena ujung-ujungnya bahkan bisa masuk ICU.
“Saya sudah sering mendapat laporan, orang yang punya penyakit terus suntik vaksin ujung-ujungnya masuk ICU. Ini karena kesalahan. Makanya ilmunya itu harus digali nian. Saya kan ahlinya, jangan cuma kata WHO.”
Tak hanya itu, Prof Yuwono juga menjelaskan bahwa ajal itu sudah diatur dalam Al-Qur’an, jangan terlalu disangkutpautkan dengan Covid-19.
“Meninggal karena Covid kalau menurut akal itu masuk akal. Kalau menurut hati, coba buka Al-Qur’an. Kalau sudah datang ajal, maka tidak bisa maju, tidak bisa mundur. Jadi, meninggal karena ajal. Buktinya ada yang meninggal dalam keadaan sehat,” pungkasnya. []