Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Prof. DR. Maswadi Rauf menyatakan, wacana reshuffle (perombakan kabinet) yang dihembuskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) maupun para politisi justru merugikan masyarakat. Mereka dalam kondisi tidak nyaman.
"Kalau disebutkan (reshuffle, red) dilakukan awal Mei, ada apa. Masyarakat juga terganggu oleh hal itu. Ini menimbulkan ketidaktenangan di masyarakat, " ujar Maswadi kepada wartawan di press room DPR/MPR, Jakarta, Jum’at (20/4).
Menurutnya, tidak hanya masyarakat yang terganggu dengan wacana itu, tapi para menterinya juga demikian. Maka wajar saja, katanya, bila beberapa menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) merasa was-was dan jantungan. "Ini menimbulkan ketidakpastian menteri-menterinya, " tegas dia.
Oleh karena itu, terang Guru Besar FISIP UI itu, Presiden Yudhoyono mestinya tegas dalam masalah ini. Wacana reshuffle akhir-akhir ini nampaknya masih spekulatif. "Mungkin bisa minggu ini, atau lusa atau kapan-kapan. Seharusnya Presiden tampil menyatakan ada atau tidaknya reshuffle, " sambungnya.
Maswadi menambahkan, dalam merombak kabinetnya SBY harus punya raport setiap menteri. Sehingga dalam setiap evaluasi akan tahu persis mana menteri yang kurang, tidak mencapai target kerja, dan gagal dalam menjalankan tugasnya. Tidak cukup tambal-sulam karena tekanan politik.
“Masalah ekonomi riil itu harus baik. Jika tidak, dan keadaan akan terus seperti sekarang ini, maka citra SBY akan terus merosot. Karena itu gantilah menteri-menteri yang menjadi beban kabinet dan pemerintah, ” sarannya. (dina)