Azzam adalah CEO AMI Foundation yang memberikan apresiasi kepada Zaadit, dengan mengajak umroh. Dimana lucu namun menyedihkan dari komentar di atas? Bagaimana tidak, ibaratnya Zaadit menanyakan “mengapa hal itu bisa terjadi” sebagai bentuk gugatan dari sebuah pertanggungjawaban kepemimpinan, direspons cerita universitasnya dan universitas lain sudah datang menangani. Mengapa menjadi unjuk diri bahwa saya sudah mengabdi dan persaingan antar perguruan tinggi?
Kritik kartu kuning Zaadit mengingatkan saya, riwayat Khalifah Umar Bin Khattab yang dicintai dan mencintai rakyatnya disemprot ibu yang lusuh: “Aku memasak batu-batu ini untuk menghibur anakku yang kelaparan. Inilah kejahatan Khalifah Umar Bin Khattab. Ia tak mau lihat ke bawah, apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi atau belum”. Hati Umar tergoncang sedih, dan air matanya menetes, berkata lembut berpamit pulang ke Madinah.
Aslam yang menemani Khalifah Umar, melihat Umar terseo-seok memanggul karung gandum untuk ibu dan anak yang kelaparan. Ia merasa iba dan berkata “Wahai Amirul Mukminin, biar aku saja yang memikul karung itu”. Betapa terkejut Aslam, melihat Umar Bin Khattab merah padam dan berkata “Aslam, jangan jerumuskan aku ke dalam neraka. Engkau akan menggantikan aku memikul beban ini, apakah kau kira engkau akan mau memikul beban di pundakku ini di hari pembalasan kelak?” Aslam kaget dan terhenyak. Menelentarakan kaum papa, menuntun ke neraka.
Esoknya, si ibu menghadap Khalifah Umar. Si ibu terkejut, ternyata yang memberi gandum dan memasak makanan tadi malam Umar Bin Khattab. Berkatalah si Ibu “Aku mohon maaf, Aku telah menyumpahi dengan kata-kata dzalim kepada engkau. Aku siap dihukum”. Dengan lembut Umar menjawab “Ibu tidak bersalah, akulah yang bersalah. Aku berdosa membiarkan ibu dan anak kelaparan di wilayah kekuasaanku. Bagaimana aku di hadapan Allah SWT mempertanggungjawabkan hal ini? Aku yang minta maaf kepada ibu”.
Andaikan Zaadit hidup di era Khalifah Umar Bin Khattab, dan kartu kuning Zaadit untuk Umar Bin Khattab, saya yakin Zaadit dan Universitas Indonesia walau minta maaf, Umar Bin Khattab tidak akan menerimanya. Justru Umar Bin Khattab yang minta maaf dan mengucapkan terima kasih, atas peringatan untuk dirinya. Itulah nilai-nilai kepemimpinan yang dilandasi ajaran agama. Akankah pemimpin-pemimpin kita seperti itu ? InsyaAllah, amin.
OLEH: PRIJANTO
Penulis adalah Wakil Gubernur DKI Jakarta 2007-2012/Deklarator Gerakan Kebangkitan Indonesia (GKI) [kk/rmol]