Eramuslim.com -Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI), Zaadit Taqwa mengatakan, kartu kuning itu diberikan kepada Jokowi sebagi bentuk peringatan atas berbagai masalah yang terjadi di dalam negeri. Lebih lanjut Zaadit mengatakan sudah seharusnya Presiden Joko Widodo diberi peringatan untuk melakukan evaluasi di tahun keempatnya.
Masalah tersebut adalah isu gizi buruk di Asmat, isu penghidupan kembali dwifungsi Polri/TNI, dan penerapan peraturan baru organisasi mahasiswa. “Masih banyak isu yang membuat masyarakat resah atas kondisi Indonesia” kata Zaadit. Dengan demikian, peluit dan kartu kuning Zaadit bukan hanya masalah suku Asmat, juga bukan hanya dwifungsi Polri/TNI dan organisasi kemahasiswaan saja, namun banyak permasalahan bangsa.
Esensi kartu kuning Zaadit adalah masalah kepemimpinan. Ada beberapa respons, menurut pendapat saya lebih ke arah politik, dengan pembelaan yang sempit. Zaadit tidak menanyakan apa upaya penanganan pasca bencana kemanusiaan di Asmat. Nafas pertanyaan Zaadit “mengapa hal itu bisa terjadi?” Kegalauan Zaadit juga tidak hanya isu Asmat. Cermati kata Zaadit: “Masih banyak isu yang membuat masyarakat resah atas kondisi Indonesia”.
Beberapa Menteri mendukung maksud Presiden untuk mengajak BEM UI datang ke suku Asmat. Menurut saya, ajakan tersebut belum menjawab esensi kartu kuning Zaadit, tentang kepemimpinan dan permasalahan bangsa lainnya. Terkait isu Asmat, menurut saya yang pas jika pemerintah membeberkan bagaimana kondisi faktual, narasi program, pelaksaaan dan pengawasan selama ini. Bukan mengajak Zaadit dkk kunjungan ke Asmat, dan dengan lincah mengatakan pemerintah tidak salah.