Presidium MER-C: Masih Perlukah WHO untuk Cegah Virus Menular?

Presidium Medical Emergency Rescue Committe (MER-C) Joserizal Jurnalis mempertanyakan, peran badan kesehatan dunia (WHO) dalam melakukan pemberantasan penyakit menular, seiring mulai terkuaknya isu permainan dalam pengelolaan virus.

Ia mencontohkan, kasus flu burung (avian influenza) yang menyerang beberapa negara berkembang termasuk Indonesia, bagi negara yang terjangkit wabah itu diwajibkan untuk mengirimkan sampel virus ke Laboratorium di Hongkong, untuk diteliti dan dibuatkan vaksinnya.

"Kenapa yang badan dunia, tidak melakukan preventif, justru malah virus itu dilaboratorium itu dibiakkan. Seharusnya badan dunia dapat melakukan preventif dengan membuat vaksin di negara yang terkena virus itu dan dibantu secara keuangan, secara peralatan, dibantu secara pemikiran, "ujarnya dalam Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan bertema "Siti Fadilah Melawan: Saatnya Indonesia Berubah", di Auditorium YTKI, Jakarta, Senin (17/3).

Joserizal menduga, penyebaran virus penyakit mematikan selama ini dimanfaatkan oleh perusahaan besar produsen obat-obatan untuk mengeruk keuntungan dari negara dunia ketiga yang hanya mengandalkan kekayaan alamnya saja. Ia menegaskan, seharusnya lembaga dunia bekerjasama untuk memberantas penyakit menular itu, bukannya menjadi broker terhadap sistem yang tidak sehat.

"Umumnya negara dunia ketiga dijadikan sasaran untuk menyebarkan virus, yang ujung-ujungnya kepentingan untuk menguasai sektor lain. Kemudian dimanfaatkan perusahaan swasta negara maju untuk menjual obat-obatan, anda mampu gak beli, kalau gak mampu nih uang tinggal pinjam, kalau tidak mampu bayar, barang tambang anda kan ada, " tandasnya.

Cara-cara berfikir seperti ini, lanjutnya tidak selayaknya untuk diterapkan, sebab apabila semua dibisniskan seperti ini yang terkena dampaknya paling parah adalah negara berkembang, karena dari segi teknologi mengalami keterbatasan. Ia menilai alangkah tidak elegannya, jika virus yang memang sebenarnya tidak ada obatnya hanya mengandalkan daya tahan tubuh manusia ini harus dijadikan permainan.

Joserizal memberikan apresiasi terhadap karya Menteri Kesehatan RI yang berjudul "Saatnya Dunia Berubah", terlihat sikap peduli Menkes terhadap ketidakadilan yang dilakukan oleh negara-negara maju terhadap negara berkembang.(nofellisa)