Sekilas orang mungkin memandang pekerjaan sebagai tukang angkat barang (porter) adalah pekerjaan yang berat, namun di tengah kondisi ekonomi yang cukup sulit membuat orang tidak memikirkan pekerjaan lain untuk mencari ganti pekerjaan yang dinilai sebagian orang berat ini.
Hal tersebut dialami Agus salah seorang porter di Pusat Perdagangan Tekstil Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta Pusat. Sudah tiga tahun ia menekuni pekerjaan sebagai tukang angkut barang. Ia mengaku, selama bulan Ramadhan pengunjung pasar jumlahnya meningkat, sehingga pendapatannya bisa mencapai 100 ribu dalam satu hari.
"Pengunjung sekarang ini sudah mulai ramai, saya bisa dapat 100 ribu perhari, lumayan lah," ujarnya yang sudah mempunyai beberapa pelangganan.
Agus menyatakan, bulan puasa tidak terlalu mempengaruhi pekerjaannya, meskipun ada juga suka dukanya ketika harus mengangat barang yang puluhan kilo beratnya.
Berbeda dengan Iwan, lelaki lajang ini mengaku baru sebulan menekuni pekerjaan sebagai porter barang di pasar Tanah Abang, penghasilan yang didapatnya juga paling besar hanya 50 ribu rupiah dalam satu hari. "Ya uang segitu belum mencukupi kebutuhan zaman sekarang, walaupun saya belum berkeluarga," tegasnya.
Iwan mengakui, pendapatan dari mengangkat barang sangat beragam tergantung besar kecilnya barang bawaan pembeli, kalau untuk yang besar bisa mencapai 15 ribu rupiah, namun barang-barang yang kecil hanya dua sampai tiga ribu rupiah saja.
Memasuki bulan Ramadhan, ada kecenderungan pembeli di pasar Tanah Abang, pasar grosir tebesar di Asia Tenggara itu meningkat tapi tidak begitu berdampak besar bagi penambahan pendapatannya.
"Alhamdullilah orang yang belanja ramai, tetapi pendapat saya masih kurang," ujar Iwan sambil tertawa santai.
Ia mengaku, ibadah puasa yang dijalaninya tidak membuatnya kesulitan, namun yang menjadi permasalahan adalah tingginya persaingan antar sesama porter yang jumlahnya semakin bertambah setiap harinya, sehingga mempengaruhi jumlah pendapatannya.
Meski demikian Iwan tetap bertekad, hari Raya Idul Fitri mendatang, akan tetap memberikan kejutan hadiah untuk kedua orang tuannya dikampung halaman.
Menurut Iwan, persaingan antar porter muncul akibat mulai adanya kebebasan bagi porter-porter untuk mengambil ‘daerah jajahan’ tanpa diatur pembagiaannya setiap blok, padahal jika ada pengaturan setiap blok dengan jumlah tertentu tentu persaingan kecil itu bisa dihindari.
Berdasarkan pantauan eramuslim, jumlah porter di Pasar Tanah Abang memang lumayan banyak, mulai yang mengenakan pakaian seragam kaos hijau sampai yang berpakaian bebas, dan banyak di antara mereka hanya duduk menunggu pembeli yang hendak memakai jasanya. Tetapi meski, tidak banyak yang memakai jasa pada hari itu, masih tampak wajah-wajah optimis serta gelak tawa antar sesama porter. (novel)