Polri menduga ledakan yang terjadi di Ambon pada Rabu (25/4) kemarin dilakukan kelompok yang ingin memanfaatkan keadaan, untuk menunjukan bahwa Republik Maluku Selatan masih tetap ada.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Divisi Humas Maber Polri Irjen Pol. Sisno Adiwinoto kepada pers, di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (26/4).
"Dengan memberikan tanda peledakan itu, bisa saja mereka ingin menunjukan bahwa Republik Maluku Selatan (RMS) masih ada, tetapi bisa juga itu dilakukan oleh orang yang memanfaatkan momentum, sehingga sepertinya ada aktivitas dari RMS, " katanya.
Ia menjelaskan, ledakan pertama terjadi pada pukul 20. 05 WIT, kemudian pada pukul 00. 30 WIT terjadi pelemparan granat dirumah salah satu warga bernama Andre Jasper, dekat Jalan Pantai Pasar Mardika di tempat terjadinya peledakan pertama. Dalam kejadian itu tidak ada korban jiwa, namun atap rumah Andre rusak, dan kerusakan itu diketahui setelah polisi melakukan olah TKP.
Lebih lanjut Sisno mengatakan, saat ini kepolisian masih memeriksa seorang saksi, warga setempat, untuk meminta keterangan mengenai insiden tersebut.
"Belum ada hasilnya, karena masih dalam proses penyelidikan intensif, " tandasnya.
Untuk pengamanan di Ambon, menurut Sisno, masih mengandalkan pasukan organik yang ada. Polri belum akan menambah pasukan di sana, karena situasi di Ambon masih relatif aman.
Ia menambahkan, pelaku peledakan di Ambon tidak masuk dalam jaringan, sebab berdasarkan hasil olah TKP bom yang diledakan adalah bom rakitan, itu terlihat dari barang bukti berupa serpihan materi yang rusak akibat ledakan. Dan untuk menggali motif di balik itu, rencananya polisi juga akan memeriksa Andre Jasper. (novel)