Polri Abaikan Pernyataan Presiden, Dalami Pelaporan Terhadap Novel

Dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia itu menilai pernyataan Jokowi yang mempersilakan dikritik bertujuan untuk melakukan pemetaan politik.

“Hal yang sama itu terjadi saat ini, silakan kritik kami, dan ini adalah pemetaan politik. Kalau yang kritik Novel Baswedan, itu ada potensi mengganggu, maka dilaporkan,” katanya.

“Jadi itu paradoks dari ucapan Jokowi. Saya selalu mencurigai, ucapan Jokowi adalah umpan untuk memetakan sisa-sisa oposisi, nah itu yang akan dipangkas,” sambungnya.

Terkait cuitan Novel, menurutnya bukanlah bentuk kritik, hanya sebuah peringatan.

“Itu bukan keributan tapi suara hati. Jadi bagaimana mungkin orang mengeluarkan kejujuran dari hati langsung akan diproses. Kalau begitu proses aja seluruh meme orang yang ngomong Ustaz Maaher,” katanya.

Sementara Novel Baswedan mengatakan pernyataannya yang disampaikan adalah bentuk kepedulian terhadap rasa kemanusian. Dia pun enggan mengomentari pelaporan atas dirinya.

“Apa yang saya sampaikan itu adalah bentuk kepedulian terhadap asa kemanusiaan. Pelaporan itu aneh, dan tidak ingin saya tanggapi, ” ucapnya.

Dia mengatakan ada kejanggalan atas meninggalnya Maaher. Sebab tidak pernah dia mengetahui ada tahanan kasus penghinaan meninggal di dalam ruang tahanan.

“Jadi ini ada masalah, bukan hal wajar menahan orang yang sakit. Justru ketika pernyataan yang demikian penting tersebut dilaporkan itu yang aneh,” ucapnya.

Diketahui Novel dilaporkan atas cuitannya di akun Twitternya.

“Innalillahi wa innailaihi rojiun. Ustadz Maaher meninggal di rutan Polri. Padahal kasusnya penghinaan, ditahan, lalu sakit. Orang sakit, kenapa dipaksakan ditahan? Aparat jangan keterlaluanlah. Apalagi dengan ustadz. Ini bukan sepele lho..” cuit Novel melalui akun Twitter @nazaqistsha, Selasa 9 Februari 2021.