Politik Memanas, Rocky Gerung: Gara-gara Gibran jadi Cawapres

eramuslim.com  – Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), resmi didaulat menjadi bakal calon wakil presiden (Bacawapres) mendampingi bakal Calon Presiden Prabowo Subianto.

Sebelumnya, Prabowo mengatakan keputusan pemilihan Gibran sebagai Cawapres sudah bulat. Dia mengatakan akan berjuang untuk menang pada Pilpres 2024.

“Kita telah berembuk secara final secara konsensus seluruhnya sepakat mengusung Prabowo Subianto sebagai Capres Koalisi Indonesia Maju untuk 2024-2029 dan Saudara Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres dari Koalisi Indonesia Maju,” ujar Prabowo.

Awalnya, Gibran, putra sulung Presiden Jokowi diusung oleh Partai Golkar menjadi Cawapres 2024 bersama Prabowo Subianto. Gibran kemudian secara resmi ditunjuk oleh Prabowo Subianto sebagai bakal cawapres Koalisi Indonesia Maju (KIM).

Di mana hal itu mengejutkan sejumlah pihak, karena Wali Kota Solo itu merupakan kader dari PDIP.

Hingga kini status Gibran di PDIP masih belum misteri dan belum mendapat penjelasan usai dideklarasikan sebagai Bacawapres Prabowo.

Rocky Gerung menanggapi soal Prabowo Subianto berpasangan dengan Gibran Rakabuming Raka, dan meninggalkan PDIP.

Tak hanya itu, Rocky juga mewanti-wanti soal potensi dendam dari Megawati versus Jokowi.

“Bagi PDIP sudah final justru, melihat oke sudah selesai di situ, maka tinggal tunggu perang dan perang pemilu hari ini, atau hari-hari ini tidak lagi akan jadi perang narasi, tapi perang kecurangan,” ujarnya dilansir Youtube Rocky Gerung Official.

“Maka disiapkan tuh harus menang mutlak maka sejumlah instansi, sejumlah institusi, sejumlah tokoh dan peralatan intelijen sudah dipasang oleh satu kubu, dan kubu yang lain juga akan lakukan yang sama,” ujarnya.

“Jadi kelihatannya dendam versus dendam itu, semua ingin menang mutlak, itu artinya perencanaan kecurangan sudah dimulai sekarang,” tuturnya.

Hersubeno Arief, jurnalis senior bertanya kepada Rocky Gerung, jika ada kemungkinan skenario seperti Pilpres 2019, di mana salah satu yang menang kemudian ditarik masuk ke kabinet.

Merespons hal itu, menurut Rocky Gerung situasi kemarin (Prabowo dan Jokowi) berbeda, karena tidak ada dendam sedahsyat Megawati dan Jokowi.

“Jadi tetap dibelakang ini ada Vendetta (balas dendam), ada personal Vendetta balas dendam personal dan itu yang akan dimaksimalkan,” ujarnya.

“Nggak Jokowi itu memasang Gibran dan tahu Gibran itu ada liability bagi Prabowo dan pengetahuan itu dianggap perang biasa, pasti pak Jokowi akan kerahkan seluruh kemampuan dia untuk bertempur dengan Megawati,” tambahnya.

Demikian juga bagi Megawati sebaliknya, Rocky mengatakan kalau Megawati terhina lantaran Gibran yang merupakan kadernya, malah jadi Cawapres Prabowo.

“Mustinya bilang mundur tapi di hari-hari terakhir baru pamit dari PDIP setelah ada kepastian dia mau jadi Cawapresnya Prabowo,” terangnya.

“Jadi Gibran sangat oportunis karena meminta mundur setelah dia jadi Cawapres Gerindra, Cawapres Golkar bahkan untuk dipasangkan dengan Prabowo,” tuturnya.

Kemudian Akademisi yang juga merupakan filsuf ini menuturkan bahwa pertarungan Pilpres ini lebih kepada alat versus alat, tak ada lagi adu ide dan gagasan.

Dia pun menjelaskan maksud dari Vendetta dendam versus dendam dengan meng-analogikan sebagai mafia.

“Cuman antara mafia kan, dan biasanya mafia itu juga awalnya satu keluarga kemudian berpisah itu, karena mainannya beda-beda, lalu perang antar geng,” tuturnya.

“Perang antar geng sebetulnya, geng Istana dan geng teuku umar (kediaman Megawati), dan kita menyaksikan itu sebagai satu peradaban politik yang busuk atau memburuk minimal,” imbuhnya (Sumber: tvOne)

Beri Komentar