Eramuslim – Injak yang satu dan angkat yang lain, inilah cara membelah bambu. Puji-puji dan elus-elus yang satu lalu caci-maki dan pukul yang lain, inilah cara penjajah dari dulu menghancurkan kaum Muslim.
Saat penjajah datang ke Nusantara, dia tak banyak, tapi piawai dalam tipu daya, menjadikan Muslim yang satu jadi musuh Muslim yang lain, hingga mereka harus berhadap-hadapan sebelum berhadapan dengan penjajah itu sendiri.
Satu dirangkul lalu diberikan hak khusus, diberi lapak istimewa, diberi tempat tinggal yang lebih, diberi gelar tambahan. Sebagai balasannya, dia harus melindungi kepentingan majikannya, harus bersuara paling keras ketika majikannya diganggu.
Penjajah itu mengelu-elukan yang satu lalu berkata “Kamu lebih terhormat, kamu lebih tua, kamu lebih senior, kamulah yang pantas, yang lain tidak”. Maka di saat yang sama penjajah itu bukan hanya membuat dukungan pada mereka, tapi perpecahan diantara ummat Muslim.
Sama seperti orangtua yang membeda-bedakan perilaku terhadap anak-anaknya. Lalu berkata, “Kakak kamu lebih pintar dari adik, ayah bunda hanya mau mengurus kamu saja, bukan yang lain, karena yang lain hanya anak pungut saja”, efeknya sama, perpecahan, masalah.
Bila ada yang meniru cara seperti ini, maka kita sudah tahu, inilah cara penjajah. Darimana dia diinspirasi? Tak ada yang keji mengadu domba diantara manusia kecuali dari syaitan. Begitulah tugasnya syaitan, mengadu domba mereka yang shalat, yang beriman pada Allah.