eramuslim.com – Seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) mengaku takut kena santet jika dipindahkan ke Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur.
Dalam sebuah diskusi bersama sejumlah stakeholder, termasuk Otorita IKN, salah satu pejabat fungsional di Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menceritakan pengalaman buruk yang dialami sang suami. Kala itu, suaminya yang dipindahkan ke Pontianak, Kalimantan Barat mendapatkan santet.
Deputi Bidang Sosial, Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat Otorita IKN Alimuddin membantu meluruskan persepsi negatif tentang Kalimantan tersebut. Ia menegaskan jangan membayangkan Kalimantan seperti zaman dahulu, walau ia tak menutup mata soal keberadaan santet.
“Santet, believe or not believe, saya pernah mengalami. Tapi santet itu di Banyuwangi ada, di Banten ada, di mana saja juga ada,” kata Alimuddin dalam ASN Fest 2024 di Jakarta, Sabtu (3/8).
“Jadi, tergantung dari kita lah, di mana-mana saya pikir ada. Dan ketika kita cuek-cuek saja enggak tuh (kena santet), hari ini pun saya bisa nyantai,” jelasnya menenangkan.
Alimuddin mengatakan memang ada hal-hal mistis di Kalimantan zaman dulu. Ia mencontohkan, salah satunya adalah ngayau atau tradisi berburu kepala.
Namun, hal tersebut sudah selesai dan tak ada lagi. Alimuddin menegaskan tradisi ngayau sudah dibereskan melalui Perjanjian Tumbang Anoi pada 1894.
“Kenapa saya tahu? Karena tesis saya nulisnya itu. Jadi, mindset-nya diubah, Kalimantan tidak seperti yang Anda bayangkan, tidak seperti yang kita bayangkan zaman dulu mau jalan-jalan takut,” pesan Alimuddin.
“Santet memang ada, karena mau jujur saya pernah mengalami, tapi akhirnya sembuh juga. Jangan terbawa ke situ,” tegasnya.
Di lain sisi, Otorita IKN menegaskan para aparatur sipil negara (ASN) sudah disiapkan tempat tinggal di ibu kota baru tersebut. Alimuddin menyebut ada 27 tower rumah susun di IKN yang sudah rampung sejauh ini.
Ia menyebut rusun tersebut besar untuk ASN dan keluarganya. Kendati, PNS yang masih lajang masih harus berbagi ruangan kamar.
“ASN yang pindah kami data semua. Dia usianya berapa, anaknya usia berapa untuk penyediaan sekolah-sekolah, pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sekolah dasar (SD),” jelas Alimuddin.
“Bahwa itu maksimal, mungkin belum maksimal. Karena pembangunan IKN itu lima tahapan, hari ini sampai 2024 itu baru tahap pertama penyediaan infrastruktur dasar. Insyaallah Jakarta kalah deh ke depan,” tegasnya.
(Sumber: Cnnindonesia)