Lanjut Mardani, jika selama ini rakyat mungkin dasar memilihnya karena pesona pribadi, ganteng, sederhana, pandai, figur, tegas, dan lain-lainnya. Mardani inginkan kompetisi yang lebih substansi. Salah satunya dengan menelisik karaker kepemimpinannya, kualitas kepribadiannya, track record selama ini, termasuk kebijakan, program hingga kecenderungannya.
Karena itu esensi gerakan tersebut sehat dan baik bagi demokrasi. Berkompetisi yang lebih substantif, yaitu kompetisi gagasan untuk menyelesaikan problem bangsa ini. Gagasan tentang hutang negara, bagaimana gagasan soal dunia usaha, bagaimana gagasan soal demokrasi yang makin terancam.
“Memang gerakannya terkesan seperti ‘kejam’ tapi bahasa lugas kadang diperlukan agar sadar. Karena itu pula sejak awal dia memperkirakan akan ada reaksi,” tutup Mardani.
Sebelumnya, salah seorang inisiator gerakan 2019 Ganti Presiden, Neno Warisman kaget melihat antusiasnya masyarakat menyambut kampanye tersebut. Neno mengaku awalnya dia hanya membentuk WhatsApp Grup (WAG) untuk grup majelis taklim yang diikutinya. Menurutnya, anggota yang ada di dalam grup WA itu memiliki satu misi, yakni berkeinginan pemilu mendatang menghasilkan presiden baru.
“Kami melarang tidak boleh membicarakan sosok capres. Meski di grup ini terdiri dari berbagai pendukung capres di pilpres nanti,” tegas Neno. [republikaonline]