Selain Sulfikar, pidato AHY juga mendapat sorotan pengamat politik dari UNJ Ubedilah Badrun. Menurut Ubedilah, pidato AHY cukup berbeda dengan pidato yang disampaikan ketua umum parpol lainnya dalam rangkaian pidato para ketua umum partai politik dalam rangka 50 tahun CSIS.
“Sebagai partai non pemerintah, wajar jika pidato AHY ini bernada cukup tajam. Kalau tidak kritis, apa bedanya PD dengan partai-partai koalisi pemerintah?” kata Ubedilah.
Ubedilah menyoroti secara khusus bagian pidato AHY yang mempertanyakan mengapa kritik terhadap pemerintah selalu dianggap sebagai lawan. Padahal lanjut Ubedilah, dalam pemerintahan yang demokratis, kritik merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
“Jangan dianggap sebagai lawan, apalagi kemudian dihadapi dengan bullying, represi, bahkan diburu seperti penjahat. Betul kata mas AHY bahwa pada dasarnya kita ingin rakyat selamat,” jelasnya.
“Itulah sebabnya berbagai elemen masyarakat sipil mengkritik dan memberi masukan pada Pemerintah. Apalagi kita tahu penanganan Covid-19 kacau balau, demikian pula dengan pemulihan ekonomi yang perlu dikritisi karena ada uang rakyat di situ,” pungkasnya. (akurat)