Letak pemondokan haji yang jauh sebagai dampak perluasan Masjidil Haram dikhawatir akan membawa dampak pada kesehatan jamaah haji terutama yang beresiko tinggi (usia lanjut). Karena itu petugas haji dan petugas pelayanan kesehatan diminta untuk berkonsentrasi penuh dalam memberikan pelayanan kepada jamaah haji, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi dalam pelaksanaan puncak ibadah haji. Demikian disampaikan oleh Anggota Komisi VIII Abdullah Azwar Anas di Gedung DPRRI, Jakarta, Rabu.
Menurutnya, dalam penyelenggaraan haji tahun 1429H, petugas haji yang terdiri dari petugas pelayanan umum dan petugas kesehatan jangan sampai justru lebih berkonsentrasi pada ibadah haji mereka, ketimbang melayani jamaah haji. Padahal tugas utama mereka adalah melayani dan menjaga jamaah.
"Petugas harus diwarning bahwa mereka melakukan tugas pelayanan, bukan hanya mengantarkan jamaah untuk berhaji. Yang kedua petugas kesehatan sudah kita warning kepada Menteri Kesehatan, mereka kesana dengan gaji yang tinggi, bukan hanya untuk melaksanakan haji tapi untuk melayani jamaah," ujarnya.
Anas mencontohkan, pada tahun lalu banyak jamaah yang staminanya menurun usai puncak haji, akan tetapi petugasnya tidak siap memberikan pelayanan karena sedang menjalani ibadah. Kondisi ini harus bisa diprediksi, sebab lanjutnya, haji tahun ini merupakan terberat, karena letak pemondokan yang cukup jauh dari masjidil haram 4-14 kilometer.
Kedepan, ia menambahkan, sebaiknya pemerintah mempunyai dana talangan untuk penyelenggaraan haji, dan tidak hanya mengandalkan APBN. Ini penting supaya pemerintah dapat mencari pemondokan lebih awal. Sehingga tidak dapat tempat pemondokan yang jauh seperti sekarang ini.
"Dari tahun ke tahun pemerintah tidak belajar dari pengalaman sebelumnya, sehingga menyangkut masalah pemondokan saja kalah dengan Malaysia," pungkasnya. (novel)