Regu penyelamat dari berbagai elemen masih terus melakukan pencarian korban jebolnya bendungan Situ Gintung di kawasan Cierendeu,Tangerang. Jumlah korban tewas sudah mencapai 50 orang dan puluhan orang lainnya hilang akibat banjir bandang yang diakibatkan jebolnya bendungan tersebut.
Bendungan tersebut diduga tidak mampu menampung debit air yang melimpah setelah hujan deras turun selama beberapa jam di kawasan tersebut. Sehingga tanggul jebol sehingga terjadi banjir besar yang menenggelamkan dan menghancurkan pemukiman penduduk yang letaknya lebih rendah dari posisi danau Situ Gintung.
Insiden tersebut juga menyebabkan ratusan warga mengungsi ke Universitas Muhammadiyah yang dekat dengan lokasi kejadian. "Evakuasi korban masih terus berlangsung. Sebagian warga masih ada yang bertahan di atap rumah menunggu bantuan," kata Rustam Pakaya, ketua Pusat Krisis Nasional.
Menurut Rustam, ratusan rumah terendam air dan puluhan rumah lainnya hancur. "Situasinya seperti tsunami kecil. Korban tewas kemungkinan masih akan terus bertambah," tukas Rustam.
Di beberapa tempat ketinggian air mencapai 6 meter. Genangan air yang bercampur lumpur tebal menyulitkan regu penyelamat untuk mencari korban yang tertimbun di reruntuhan rumahnya. Banyak korban diduga tidak sempat menyelamatkan diri karena peristiwa ini terjadi pada saat Subuh, ketika sebagian orang masih terlelap tidur.
"Banyak orang yang masih terperangkap banjir. Kami sudah mengerahkan 10 perahu karet untuk menolong mereka," kata Danang Susanto, seorang pejabat dari pusat krisis kementerian kesehatan.
Presiden Susilo Bambang Yudoyono, Wapres Yusuf Kala dan Menteri Sosial Aburizal Bakri sudah mengunjungi lokasi kejadian untuk memeriksa kerja tim penyelamat dan meninjau para korban. "Kami akan menyediakan bantuan darurat untuk para korban. Bagi warga yang rumahnya hancur, pemerintah akan membantu untuk memperbaikinya," janji Kala. (ln/prtv/aby)