Pesawat Susi Air 70 Persen Berhenti Terbang di Papua, Ini Akibatnya

eramuslim.com – Imbas peristiwa pembakaran pesawat Susi Air PK-BVY di Lapangan Terbang (Lapter), Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, awal Februari lalu, serta penyanderaan Philip Mark Mehrtens, pilot berkewarganegaraan Selandia, 70 persen pesawat Susi Air berhenti terbang di Papua.

Sebelum peristiwa penyanderaan Philip, secara keseluruhan rata-rata penerbangan Susi Air di Papua berkisar pada angka 70-120 penerbangan per hari. Pasca peristiwa itu, penerbangan Susi Air di Papua turun cukup signifikan.

Pemilik Susi Air Susi Pudjiastuti menyebut, khusus penerbangan Pilatus Porter, 70 persen diantaranya untuk sementara berhenti terbang.

Itu sama dengan 25 penerbangan dari total 30-40 penerbangan Pilatus Porter setiap harinya.

Dalam sekali terbang, Pilatus Porter bisa membawa tujuh sampai sembilan penumpang atau 900 kilogram muatan.

Dengan berkurangnya penerbangan pesawat tersebut, bukan hanya mobilitas masyarakat yang terganggu, suplai kebutuhan untuk masyarakat pun terhambat.

Sebab, pesawat Pilatus Porter hanya terbang ke daerah yang tidak bisa didarati pesawat caravan.

“Jadi, kalau Pilatus Porter tidak terbang. Hanya bisa digantikan dengan helikopter,” kata Susi saat konferensi pers di Jakarta Timur, Rabu (1/3/2023).

Dengan mata berkaca-kaca sambil menyeka air matanya, Susi mengakui peristiwa yang dialami oleh pilot andalannya sangat mengejutkan. Dia sama sekali tidak ingin hal buruk menimpa pilot Susi Air.

“Kami tetap berharap dan berdoa pilot kami Capt Philip bisa dibebaskan tanpa syarat,” ucap mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu.

Untuk itu, Susi menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat di Papua. Sebab, banyak penerbangan Susi Air yang kini harus berhenti.

Selain alasan keamanan, armada yang berkurang lantaran satu pesawat mereka dibakar KST, dia menyatakan bahwa pilot-pilot Susi Air di Papua juga mengalami trauma.

“Confident diantara pilot-pilot kami tidak memungkinkan adanya penerbangan lagi di wilayah pegunungan (Papua),” bebernya.

Apalagi setelah 22 hari, keberadaan Philip masih belum diketahui.

Terkait upaya pencarian, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada otoritas setempat. Baik pemerintah daerah maupun aparat keamanan.

“Saya dengan pemerintah daerah terus melakukan soft approach, TNI-Polri juga melakukan persiapan-persiapan untuk penjemputan,” ungkapnya.

 

Sumber: [Fajar]