Presiden Jenderal Perves Musharraf yang ingin mencalonkan kembali dirinya sebagai presiden Pakistan pada 6 Oktober 2007 mendatang, kian banyak menghadapi tantangan. Termasuk petisi dari intelektual dan wartawan.
Setelah diminta untuk melepaskan diri dari jabatan panglima angkatan bersenjata Pakistan, Perves Musharraf yang berniat mencalonkan diri kembali sebagai presiden di Pakistan, tampaknya tidak bertambah ringan. Meski berbagai usaha telah dilakukan Musharraf untuk membendung oposisi, seperti mengusir mantan Perdana Menteri Nawaz Sharif yang tampaknya bisa mencuri popularitas Musharraf, kini presiden yang naik dengan cara kudeta itu berhadapan dengan para intelektual dan wartawan Pakistan.
Kelompok-kelompok oposisi juga, hari-hari terakhir semakin meningkatkan tekanan dalam opini-opini mereka. Senator Babar Awan dari Partai Rakyat Pakistan dan juga mewakili Pengacara Mahkamah Agung kepada para wartawan mengatakan, ¨Kita tidak bisa mengatakan Musharraf menuntut pemilihan ulang, sebab dia berkuasa bukan karena terpilih. Dia berkuasa karena memaksa, ¨ serangnya.
Serangan yang tak kalah dahsyatnya tertuju kepada Musharraf dari Wajihuddin, Hakim Agung yang dipaksa pensiun oleh Musharraf awal tahun ini. ¨Kita telah menggalang suara dan aksi legal untuk mengajukan petisi atas Musharraf kepada Komisi Pemilihan Umum Pakistan, ¨"ujar Munir Malik, pengacara Wajihuddin.
Menurut kelompok oposisi, paling lambat pekan ini mereka akan mengajukan gugatan dan petisi kepada pengadilan tinggi. ¨Selasa besok kami akan melakukan perang konstitusional yang sesungguhnya melawan Musharraf. Kita lihat saja nanti, apa keputusan pengadilan tinggi atas kasus yang jelas-jelas salah ini, ¨ ancam jurubicara dari Partai Rakyat Pakistan.
Sementara itu, pengacara-pengacara juga telah bergabung bersama para wartawan di Pakistan, melakukan usaha memboikot keikutsertaan Musharraf dalam pemilihan umum presiden mendatang. Kalau pun Musharraf ikut pemilu, mereka berusaha sekeras mungkin agar jenderal yang satu ini tidak terpilih kembali. Lebih dari 300 wartawan Pakistan yang terkemukan lebih mengorganisasi diri dalam hal ini dan terus menerus melakukan demonstrasi.
Di dalam negeri, kepemimpinan Musharraf sepertinya sudah tidak dikehendaki lagi. Namun, Musharraf yang menguasai kekuatan militer di Pakistan dikhawatirkan akan sekali lagi menggunakan pengaruhnya dan menempuh cara kudeta. Selain itu, dukungan internasional terlebih dari Amerika Serikat masih cukup kuat pada sosok Musharraf. Hal ini terjadi karena hampir semua kandidat selain Musharraf, tidak menginginkan Pakistan menjadi negara yang tunduk dan patuh pada kepentingan Amerika. (Herry Nurdi/ ArabNews)