Membina generasi muda yang akan menentukan arah perjalanan bangsa adalah ”gagasan besar” yang tentu memerlukan energi besar, demikian kesadaran yang ditanamkan Ketua Dewan Penyantun PPSDMS, Husein Ibrahim.
Kesadaran itu semakin relevan saat kita menyaksikan gejala kelangkaan kepemimpinan dalam berbagai sektor. Demi mencegah krisis kepemimpinan lebih luas, maka kami merintis PPSDMS., Berawal di bulan Februari 2002, kami mematangkan visi dan misi, menetapkan 7 kriteria keberhasilan, merancang kurikulum hingga membangun asrama gratis bagi para mahasiswa berprestasi UI, yang terletak di pinggir jalan raya Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Asrama itu mulai ditempati 1 Agustus 2002, lalu dua hari kemudian (3 Agustus 2002), PPSDMS diluncurkan.
Selanjutnya, dimulai perjuangan untuk menerapkan kurikulum yang mencakup 9 aspek pembinaan. Pertama, penanaman nilai kepemimpinan berupa pelatihan organisasi dan manajemen, Dialog Tokoh dan Pendidikan Kepemimpinan Nasional (PKN). Training pengembangan diri diselenggarakan lembaga Insanika, Trustco, BIPSIS Bandung, dan ZEIT Surabaya dengan trainer berpengalaman, semisal Arief Munandar dan Reza M. Syarief.
Sementara itu Dialog Tokoh menampilkan lebih dari 70 sosok berpengaruh, antara lain Prof. Muh. Nuh (Menkoinfo, dulu Rektor ITS), Prof. Zuhal Abdul Kadir (mantan Menristek), Sarwono Kusumaatmaja (Anggota DPD dan mantan Menneg LH), dan Dr. Qurtubi (ahli perminyakan). Puncak dari program ini ialah PKN I pada tahun 2006 untuk peserta dan alumni.
Aspek kedua, pengembangan wawasan berpikir dilakukan dengan bedah buku, diskusi pasca kampus, dan kunjungan ke institusi strategis. Bedah buku dimaksudkan memperkuat referensi peserta dalam bidang studi yang ditekuni. Diskusi Pasca Kampus melibatkan mantan aktivis yang telah sukses di sejumlah bidang, semisal Dr. Zulkieflimansyah (mantan Ketua BEM UI yang menjadi anggota DPR) dan Topo Santoso, SH, MH (mantan Panwas Pemilu Pusat dan advisor Partnership for Governance Reform). Kunjungan ke institusi strategis dilakukan ke rektorat kampus ternama (UI, ITB, IPB, UGM, ITS) dan Bank Indonesia.
Aspek ketiga, landasan berpikir Islami dicapai melalui dua kegiatan terpadu, Kajian Islam Pekanan (aqidah, fiqh, akhlaq dan dakwah) dan Kajian Islam Kontemporer. KIP antara lain diisi Ust. Amang Syafrudin (Jakarta), Dr. M. Mu’inuddinillah (Yogya), dan Ust. Ahmad Mudhofar, MA (Surabaya). Aspek keempat, pendisiplinan ibadah dan pensucian jiwa berupa shalat malam, dzikir dan muhasabah, shalat berjamaah, puasa sunnah, serta tadabur Al-Qur’an dan Sunnah. Pembimbingnya antara lain Dr. Muslih Abdul Karim (Ketua Lembaga Sosial Baitul Qur’an).
Aspek kelima, peningkatan prestasi akademik dan perencanaan karir berupa pelatihan keterampilan belajar, pengembangan karir, dan kunjungan ke institusi profesi. Kunjungan ke institusi dilakukan antara lain ke PT Telkom yang menampung para profesional sektor telekomunikasi. Peningkatan kemampuan berkomunikasi sebagai aspek keenam dicapai melalui training jurnalistik dan kursus bahasa asing. Training jurnalistik bekerjasama dengan para wartawan yang tergabung dalam Jaringan Media Profetik dan Balai Jurnalistik ICMI. Sejumlah peserta/alumni telah berhasil mempublikasikan opininya di berbagai media massa, bahkan ada yang telah meluncurkan buku.
Aspek ketujuh, program peningkatan kemampuan berwirausaha dilakukan dengan mendiskusikan Succes Story dari sejumlah pelaku bisnis dan kunjungan ke institusi bisnis. Pembicara yang sempat tampil adalah Palgunadi T. Setyawan (mantan CEO Astra Internasional), Muhaimin Iqbal (Presiden Direktur asuransi berbasis syariah), dan Bachtiar Rahman (Preskom PT Batasa Capital yang bergerak dalam bidang manajemen investasi). Kegiatan strategis yang sedang dirintis adalah mentorship dengan tokoh bisnis dan internship ke lembaga terkemuka.
Aspek kedelapan, apresiasi seni dan budaya tak dilupakan, antara lain dengan penyelenggaran diskusi seni-budaya, kunjungan ke pusat kebudayaan, dan pentas seni. Aspek terakhir, kesembilan, pembinaan fisik agar tetap sehat dan kuat berupa pelatihan beladiri, penyelenggaraan outbond, dan pekan olahraga. Beladiri taekwondo dilakukan secara rutin di seluruh asrama dengan pelatih yang mencapai tingkat sabeum. Outbond dilakukan dengan satu paket kepemimpinan berlokasi di Gunung Bunder, Jawa Barat.
Apa hasil yang sudah dicapai selama lima tahun berkiprah? Secara kasat mata, hal itu terlihat dari rekaman prestasi peserta sejak angkatan pertama (20 orang), kedua (84 orang) dan ketiga (150 orang). Begitu pula dari persebaran alumni di berbagai instansi. Alumni angkatan pertama dilepas 2004 (20 orang) dan kedua (84 orang). Peserta ada yang menjadi mahasiswa berprestasi terbaik di kampus, menjuarai kompetisi domestik dan asing. Sementara di kalangan alumni banyak yang bertugas di lembaga publik dan swasta, atau melanjutkan studi di dalam dan luar negeri.
Alhamdulillah, selama ini terlihat dukungan mitra yang semakin luas dan aset lembaga yang terus tumbuh. Jumlah donatur institusi bertambah dari 6 lembaga (2003), menjadi 11 (2005), hingga 16 (2007). Begitu pula donatur individu bertambah dari 11 orang (2003) menjadi 130 (2005) dan 402 (2007). Tetapi kami menyadari, pada akhirnya aset yang paling berharga adalah SDM yang telah terbina dan memiliki karakter positif demi mengangkat martabat bangsa. Karena itu kami akan terus meningkatkan pelayanan kepada peserta, alumni, para donatur dan seluruh stakeholders. Dengan disiplin dan kerja keras, kami percaya gagasan sebesar apapun akan dapat diwujudkan, insya Allah. ***