Melalui bantuan APBN, pemerintah mendirikan kembali percetakan Al-Qur’an. Hal itu diperlukan guna menyebarkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat. Selain itu, masih banyak umat Islam yang belum bisa membaca, apalagi memami isi kandungan Al-Qur’an.
“Bantuan tersebut terealisir sekarang, karena dulu pemerintah tidak mempunyai uang. Insya Allah melalui percetakan Al-Quran Yayasan pembangunan Islam (YPI) ini dalam setahun akan dicetak sebanyak sejuta Al-Quran. Tidak lain hal ini untuk membumikan ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Quran, ” ujar Menag RI H. M. Maftuh Basyuni dalam acara pelatakan batu pertama percetakan Al-Quran YPI di Jl. Raya Puncak KM 65, 5 Ciawi, Bogor, Jawa Barat.
Menurut menag, percetakan Al-Quran tersebut merupakan reinkarnasi dari percetakan yang ada sebelumnya. Pendirian percetakan ini merupakan hal yang sangat penting sebagai penghargaan terhadap jasa para ulama yang telah dengan gigih untuk mempertahankan percetakan Al-Quran itu.
“Hanya saja akibat kurang didukung oleh keuangan, maka percetakan itu mengalami kemunduran. Sehingga percetakan itu berubah fungsi dan bentuknya setelah dikelola oleh swasta, ”tutur Maftuh.
Depag, terang Maftuh, juga berkeinginan seluruh umat Islam akan mampu membeli Al-Quran cetakan Indonesia dengan harga terjangkau. Sebab, kalau dibagi gratis, khawatir percetakan Al-Quran YPI itu akan mengalami kebangkrutan yang sama. “Minimal dari harga jual itu bias untuk menggaji karyawan, memelihara mesin, dan untuk kelangsungan percetakan itu sendiri, ” ujar dia.
Sedangkan yang akan dibagi secara gratis, sekaligus untuk menghargai jasa para ulama adalah karya-karya Imam Nawawi Al-Bantani, Syeikh Mph. Yasin Al-Padangi, Syeik Arsyad Al-Banajary, dan lain-lain di mana karya tulis mereka masih ada yang belum dipublikasikan ke masyarakat luas.
Rincian bantuan keuangan pemerintah tersebut, katanya, sebesar Rp 26 miliar untuk pembangunan percetakan Al-Quran, Rp 22 miliar untuk membeli mesin cetak Al-Quran (dari Jerman), dan satu miliar rupiah untuk operasional.
Dengan demikian, harap Menag, nantinya akan menolak bantuan Al-Quran dari Arab Saudi, yang selama ini selalu membantunya. Namun, sebagai penggantinya bantuan tersebut mesti diuangkan untuk kepentingan pendidikan anak-anak bangsa negeri ini. “Kita sudah bertemu dengan para pejabat Saudi agar bantuannya nanti berupa uang. Bukan lagi Al-Quran karena sudah mempunyai percetakan sendiri, ”tutur Maftuh.
Maftuh mengaku iri dengan agama lain yang telah mempunyai percetakan kitab suci dan berkualitas. Karena itu dia berobsesi melalui percetakan Al-Quran tersebut nantinnya akan dicetak sebanyak lima juta Al-Quran per tahun.
Seperti diketahui, percetakan Al-Quran yang dirintis para Ulama Nahdlarul Ulama (NU) seperi KH. Mayskur, KH. Saifuddin Zuhri, KH. Syukri Ghozali, KH. Yatim Karim, KH. Ahmad Dahlan, Sidik Sudarsono dan lain-lain yang tergabung dalam YPI sejak tahun 1966 dalam perjalanannya memang mengalami pasang surut. Bahkan mesinnya rusak pada tahun 1984 dan terhenti, sehingga percetakan Al-Quran itu difungsikan oleh perusahaan swasta di Jakarta. (rz/dina)