Tidak adanya penetapan atau standarisasi harga sewa rumah oleh pemerintah Arab Saudi, menjadi salah satu kendala dalam penyewaan pemondokan bagi jamaah haji di Makkah. Selain itu, para pemilik pemondokan bertahan dan enggan menawarkan pondokannya, karena berharap dan menunggu penawaran yang lebih tinggi sebagi akibat pengaruh propaganda para calo.
Hal tersebut diungkapkan oleh Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Slamet Riyanto, menanggapi pertanyaan seputar kesiapan pemondokan haji tahun 1429H
Menurutnya, kapasitas pemondokan yang dibutuhkan Indonesia paling besar dibanding negara-negara lain, sehingga pemilik pemondokan beranggapan pasti akan diambil walaupun harga dinaikkan. "Ada pemondokan yang disewa tahun lalu, akan tetapi tidak dapat disewa lagi karena sudah disewa negara lain dengan harga lebih tinggi, " ujarnya.
Untuk mengatasi kendala pemondokan, lanjut Slamet, pihaknya telah menghubungi pemilik pomondokan secara langsung dan menyebar brosur pengumuman ke para pemilik rumah. Selain itu juga, dilakukan penyewaan pemondokan di wilayah Ring II yang akses menuju Masjidil Haram mudah di tempuh dengan shuttle bus.
Di samping, pihaknya juga telah dilakukan koordinasi dengan misi haji Negara-negara lain yang jamaah hajinya besar, seperti Iran, Pakistan, India, Turki, Nigeria, Malaysia dan Bangladesh untuk mencari solusi, dan bekerjasama menghadapi kenaikan harga sewa pemondokan di Makkah. "Dari pembicaraan yang dilakukan, ternyata hampir semua Negara mengalami kesulitan soal pomondokan di Makkah, " jelas Slamet.
Untuk pemondokan di Madinah, Slamet menambahkan, telah dipilih 8 majmuah yang dianggap layak dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan, setiap majmuah menampung antara 18.500 sampai 38.000 orang. Di mana sewa di wilayah Markaziah 500 Saudi Riyal, dan di luar Markaziah 400 Saudi Riyal. (novel)