Karta menambahkan sebenarnya selain empat orang TKA, ada juga dua orang WNI berpakaian proyek. Namun, saat ditanya siapa penanggung jawab proyek ini, mereka menjawab tidak mengetahuinya.
“Ada dua orang kita (WNI), saya bilang siapa penanggung jawabnya dia bilang engga tahu. Ya saya marah lah, sudah tidak permisi saya tanya tanggung jawab siapa dia engga tahu,” katanya.
Karta mengatakan situasi kawasan pemukiman yang diukur TKA ini memang sedang memanas lantaran akan dijadikannya sebagai proyek LRT.
“Ini kan memang lokasi itu masih simpang siur mau dibangun proyek. Tapi kalau lokasi yang diukur TKA itu kan memang tidak masuk dalam perencanaan lokasi yang terimbas proyek. Mangkanya kita kaget dan tanya mereka, ini mau buat proyek apa lagi, kok tidak ada konfirmasinya ke saya sebagai ketua RT,” ucapnya.
Karta tidak mengetahui video yang direkamnya bisa menjadi viral di media sosial.
“Wah saya engga tahu kalau bisa sampai viral gitu. Itu saya upload di facebook terus teman saya minta kayaknya diupload lagi sama teman saya ke facebook nya,” ujarnya.
Karta menegaskan dirinya hanya menjalankan sebagai mestinya sebagai ketua RT yang harus mengetahui sebaga bentuk kegiatan di wilayahnya.
“Saya kan RT jadi harus tahu kalau ada apa-apa di wilayah saya. Kalau ada apa-apa warga pasti tanya ke saya. Termasuk yang ukur tanah ini kan, saya tanya ukur buat proyek apa. Saya tidak urus politik atau video saya ditafsirkan aneh-aneh saya tidak tahu,” katanya.
Ia meminta kepada pemerintah atau perusahaan yang bertanggung jawab proyek dipinggir jalan tol Jakarta-Cikampek agar selalu menjalin komunikasi dengan baik kepada para ketua RT dan warga.
Apalagi melakukan kegiatan proyek yang belum pernah diinformasikan atau disosialisasikan sebelumnya kepada pengurus RT/RW dan juga warga.
“Soal penggusuran ini kan sensitif, karena kawasan kami masuk dalam area yang berpotensi kena gusuran karena berbagai proyek pemerintah pusat, baik LRT, Kereta Cepat, maupun proyek lainnya,” jelasnya.
Bahkan kata Karta, 2 orang warganya pernah meninggal karena rasa takut akan kena gusuran.
“Warga saya selalu was-was dan ketakutan kalau ada orang yang ukur tanah atau bawa beko alat berat gitu. Mangkanya saat ada yang ukur tanah atau jalan pasti saya tanya, mau yang ukur WNI atau TKA juga pasti saya tanya, apalagi mereka engga ada pemberitahuan ke saya sebagai ketua RT,” tandasnya.
Pantauan Wartakota, lokasi itu dekat Jembatan 1 Kalimalang, Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
Lokasi itu terdapat dipinggir Kalimalang dekat proyek LRT. Di lokasi juga terdapat sejumlah Lapo. (M18) [tribun]