“Saya belum bertemu Pak Prabowo, belum tahu datanya dari mana. Mungkin memang Pak Prabowo punya datanya, tapi saya belum bertemu beliau. Yang jelas berdasarkan data dari Kemenhub lebih mahal 32 miliar per KM di Sumsel daripada Jabodetabek,” sebutnya.
“Nah apakah ada mark up, itu domain penegak hukum. Silakan penegak hukum dan auditor negara yang memeriksa itu,” sambung Andre.
Diberitakan sebelumnya, biaya pembangunan LRT di Indonesia dinilai kemahalan oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Ia pun menduga adanya dugaan mark up.
Menurut data yang diperolehnya, biaya pembangunan untuk LRT di dunia hanya berkisar US$ 8 juta/km. Sedangkan di Palembang, yang memiliki panjang lintasan 24,5 km, biayanya hampir Rp 12,5 triliun atau dengan kata lain biayanya US$ 40 juta/km.
Kepala Proyek LRT Palembang Mashudi Jauhar Membantah. Dia mengaku biaya pembangunan LRT di Palembang sebenarnya sudah sesuai dengan harga pasar, mengingat konstruksi LRT yang diterapkan di Palembang merupakan konstruksi layang yang membutuhkan biaya tinggi.
Ia mencontohkan seperti biaya pembangunan LRT di Malaysia dan Filipina.
“Di Malaysia, (rute) Kelana Jaya-Ampang 7,2 miliar Yen/Km (65,52 juta/km). Manila, LRT Fase 1 extension, 8,2 miliar Yen/km (US$ 74,6 juta/km),” beber Jauhar. (dtk)